Semar, Gareng, Petruk, Bagong
Mengapa peranan Semar dan
anak-anaknya sangat menentukan keberhasilan suatu kehidupan? Semar merupakan gambaran penyelenggaraan
Illahi yang ikut berproses dalam kehidupan manusia. Untuk lebih memperjelas
peranan Semar, maka tokoh Semar dilengkapi dengan tiga tokoh lainnya. Ke empat
panakawan tersebut merupakan simbol dari cipta, rasa, karsa dan karya. Semar
mempunyai ciri menonjol yaitu kuncung putih. Kuncung putih di kepala sebagai
simbol dari pikiran, gagasan yang jernih atau cipta. Gareng mempunyai ciri yang
menonjol yaitu bermata kero, bertangan cekot dan berkaki pincang. Ke tiga cacat
fisik tersebut menyimbolkan rasa. Mata kero, adalah rasa kewaspadaan, tangan
cekot adalah rasa ketelitian dan kaki pincang adalah rasa kehati-hatian. Petruk
adalah simbol dari kehendak, keinginan, karsa yang digambarkan dalam kedua
tangannya. Jika digerakkan, kedua tangan tersebut bagaikan kedua orang yang
bekerjasama dengan baik. Tangan depan menunjuk, memilih apa yang dikehendaki,
tangan belakang menggenggam erat-erat apa yang telah dipilih. Sedangkan karya
disimbolkan Bagong dengan dua tangan yang kelima jarinya terbuka lebar, artinya
selalu bersedia bekerja keras. Cipta, rasa, karsa dan karya merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Cipta, rasa, karsa dan karya berada dalam
satu wilayah yang bernama pribadi atau jati diri manusia, disimbolkan tokoh
Ksatria. Gambaran manusia ideal adalah merupakan gambaran pribadi manusia yang
utuh, dimana cipta, rasa, karsa dan karya dapat menempati fungsinya
masing-masing dengan harmonis, untuk kemudian berjalan seiring menuju cita-cita
yang luhur. Dengan demikian menjadi jelas bahwa antara Ksatria dan panakawan
mempunyai hubungan signifikan. Tokoh ksatria akan berhasil dalam hidupnya dan
mencapai cita-cita ideal jika didasari sebuah pikiran jernih (cipta), hati
tulus (rasa), kehendak, tekad bulat (karsa) dan mau bekerja keras (karya).
Simbolisasi ksatria dan empat
abdinya, serupa dengan 'ngelmu' sedulur papat lima pancer. Sedulur papat adalah
panakawan, lima pancer adalah ksatriya. Posisi pancer berada ditengah, diapit
oleh dua saudara tua (kakang mbarep, kakang kawah) dan dua saudara muda (adi
ari-ari dan adi wuragil). Ngelmu sedulur papat lima pancer lahir dari konsep
penyadaran akan awal mula manusia diciptakan dan tujuan akhir hidup manusia
(sangkan paraning dumadi). Awal mula manusia diciptakan di awali dari saat-saat
menjelang kelahiran. Sebelum sang bayi (bayi, dalam konteks ini adalah pancer)
lahir dari rahim ibu, yang muncul pertama kali adalah rasa cemas si ibu. Rasa
cemas itu dinamakan Kakang mbarep. Kemudian pada saat menjelang bayi itu lahir,
keluarlah cairan bening atau banyu kawah sebagai pelicin, untuk melindungi si
bayi, agar proses kelahiran lancar dan kulit bayi yang lembut tidak lecet atau
terluka. Banyu kawah itu disebut Kakang kawah. Setelah bayi lahir akan disusul
dengan keluarnya ari-ari dan darah. Ari-ari disebut Adi ari-ari dan darah
disebut Adi wuragil.
Ngelmu sedulur papat lima pancer
memberi tekanan bahwa, manusia dilahirkan ke dunia ini tidak sendirian. Ada
empat saudara yang mendampingi. Pancer adalah suksma sejati dan sedulur papat
adalah raga sejati. Bersatunya suksma sejati dan raga sejati melahirkan sebuah
kehidupan.
Hubungan antara pancer dan sedulur
papat dalam kehidupan, digambarkan dengan seorang sais mengendalikan sebuah
kereta, ditarik oleh empat ekor kuda, yang berwarna merah, hitam, kuning dan
putih. Sais kereta melambangkan kebebasan untuk memutuskan dan berbuat sesuatu.
Kuda merah melambangkan nafsu amarah, kuda hitam melambangkan nafsu aluwamah, kuda kuning melambangkan supiyah dan kuda putih melambangkan
nafsu mutmainah. Sebagai sais, tentunya tidak mudah mengendalikan empat
kuda yang saling berbeda sifat dan kebutuhannya. Jika sang sais mampu
mengendalikan dan bekerjasama dengan ke empat ekor kudanya dengan baik dan
seimbang, maka kereta akan berjalan lancar sampai ke tujuan akhir. Sang Sangkan
Paraning Dumadi.
RAHAYU
RAHAYU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar