Minggu, 31 Agustus 2014

Olah Kebatinan

 Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa


            Bangsa Indonesia kaya akan warisan budaya. Secara garis besar, warisan budaya tersebut dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan, yaitu warisan budaya material dan non material. Termasuk dalam warisan budaya material adalah peninggalan sejarah dan purbakala seperti candi, makam, mesjid dan lain-lain. Sedangkan warisan budaya non material meliputi warisan yang berupa nilai, ide dan gagasan. Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa termasuk dalam warisan budaya non material ini.

            Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah warisan kekayaan rohaniah yang bukan agama yang dalam kenyataannya merupakan bagian dari kebudayaan bangsa yang hidup dan dihayati serta dilaksanakan oleh sebagian rakyat Indonesia sebagai budaya spiritual. Warisan tersebut berupa ajaran kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang beraneka ragam. Apabila ajaran yang beraneka ragam itu kita cermati di dalamnya kita antara lain dapat melihat konsepsi tentang Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan, alam, pengamalan, kepercayaan dalam kehidupan sehari-hari dan juga metode pendekatan diri kepada Tuhan. Metode pendekatan diri kepada Tuhan ini sering pula diistilahkan dengan penghayatan kepada Tuhan Yang Maha Esa, semedi, sujud, manembah, manekung dan lain-lain.

          Intensitas pendekatan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa ini sangat bergantung pada masing-masing orang. Intensitas tersebut ditentukan oleh tekad atau niat seseorang, disamping pemahaman seseorang terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Pendekatan diri kepada Tuhan ini dibarengi dengan laku berupa tapa brata atau tarak brata yang intinya meningkatkan pengendalian diri terhadap nafsu-nafsu yang ada pada diri manusia agar dapat berada lebih dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa. Intensitas pendekatan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa akan memberikan pengalaman berke-Tuhanan yang berbeda-beda untuk masing-masing orang. Orang yang mendekatkan diri kepada Tuhan dengan sangat intensif, akan kemungkinan memperoleh wangsit. Tetapi sekali lagi, kemungkinan tersebut hanya akan terjadi apabila Tuhan Yang Maha Esa mengizinkannya.

            Wangsit dalam kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa merupakan kata kunci. Berdasarkan wangsit yang diterima oleh seseorang dari Tuhan Yang Maha Esa itulah suatu organisasi penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa tumbuh dan berkembang. Wangsit sering pula diistilahkan dengan ilham, petunjuk, sabda, tuntunan atau dhawuh (perintah) juga wisik (bisikan) gaib dari Tuhan Yang Maha Esa.

            Wangsit diterima saat seseorang sedang melaksanakan sujud menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tidak sembarang orang dapat menerima wangsit. Hanya mereka yang terpilih yang mampu menerimanya. Orang terpilih tersebut umumnya adalah orang yang tekun mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dan tekun mencari hakikat dari hidup dan kehidupan manusia di dunia ini. Orang tersebut juga tekun menjalankan apa yang diistilahkan dengan laku, yaitu menjalankan berbagai bentuk puasa seperti tidak makan dan minum untuk jangka waktu tertentu, mutih (hanya makan nasi putih), ngrowot (tidak makan nasi putih), pati geni, ngebleng, nglawar dan lain-lain.

          Wujud wangsit yang sering dijumpai dalam organisasi penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, umumnya berupa suara gaib atau suara batin dan dapat pula berupa perlambang atau gegambaran bisa juga sanepan ( kiasan) yang hanya dapat didengar atau dilihat oleh seseorang yang benar-benar bersih dan suci hatinya. Wangsit tidak hanya diterima sekali dalam satu saat, artinya hanya sekali seseorang menerima satu wangsit setelah itu tidak menerimanya lagi. Wangsit umumnya diterima secara berkesinambungan dan dalam jangka waktu yang relatif panjang, bahkan dapat berlangsung puluhan tahun. Yang pasti tidak seorang pun dapat memastikan kapan wangsit tersebut akan diterima dan apa isinya. Adanya diyakini adalah atas karsa dan kuasa Tuhan Yang Maha Kuasa. Tetapi semua itu berdasarkan tingkatannya tidak menutup kemungkinan bahwa orang yang sudah berada di tingkatan tinggi akan kembali ke tingkatan dasar bahkan nol apabila melanggar paugeran ( batasan )  Dan wewaler ( peraturan ) yang telah ada, paugeran Dan wewaler tersebut bisa dari wangsit yang telah diterima bisa juga dari organisasi penghayat itu sendiri.

            Dan kebanyakan wangsit yang telah diterima akan disampaikan Dan ditanyakan kepada gurunya mengenai kebenaran wangsit tersebut  apakah wangsit itu benar dari dalam batin ataukah hanya nafsu, alam pikiran saja, mengapa ditanyakan kepada guru? Itu karena guru yang telah membimbing Dan menuntun kita bahkan lebih tau, mengerti, lebih tua ilmunya Dan tentunya lebih  bepengalaman daripada kita, sehingga guru lebih mengetahui kemampuan, sekaligus kapasitas muridnya. Dalam hal ini adalah guru spiritual yang telah mengajarkan ilmu tersebut.

            Sesuai dengan padanan penyebutannya wangsit berisikan ilham, pertunjuk, sabda tuntunan, dhawuh (perintah) atau wisik (bisikan) gaib ke arah perilaku berbudi luhur. Artinya apabila seseorang mencerna menghayati dan kemudian mengamalkan wangsit tersebut, dia akan dapat mencapai keluhuran budi yang akan mampu membawanya ke arah pencapaian ketenteraman hidup lahir dan batin. Wangsit itu ditularkan oleh penerimanya kepada orang lain. Dengan semakin bertambahnya mereka yang berminat untuk mencerna, menghayati dan mengamalkan apa yang terkandung dalam wangsit tersebut demi ketenteraman hidup lahir dan batin, maka terbentuklah kemudian suatu organisasi penghayat kepercayaan. Wangsit kemudian menjadi pokok-pokok ajaran organisasi penghayat kepercayaan. Penerima wangsit selanjutnya disebut sebagai sesepuh dari organisasi itu.

            Pada intinya semua hal diatas semuanya tergantung pada kapasitas atau wadah pada masing-masing individu jika memang wadah tidak mampu memuat ilmu yang banyak percumah, mengapa ? itu karena ilmu yang diterima besarnya juga sebesar wadah tersebut. Ibarat gelas berkapasitas 500 ml kita umpamakan sebagai wadahnya yang terdapat pada masing-masing individu, Dan air galon kapasitas 19 liter diumpamakan sebagai ilmunya, meskipun ilmu tersebut dituang ke dalam wadah yang hanya berkapasitas kecil tentu saja yang dapat tertampung akan mengikuti wadanya, maka dari itu jangan kita terlalu terobsesi belajar ilmu wingit ( sakral ) karena tidak sedikit orang yang belajar ilmu wingit ini  banyak yang berujung ke gangguan kejiwaan ( gila ).

            Dalam suatu organisasi penghayat semua itu bersumber dari serat “ Wirid Hidayat Jati” Dan setahu saya serat tersebut hanya terdapat di perpustakaan ISI Surakarta Dan tertulis dalam aksara jawa, kalau mungkin ada buku yang dijual di toko-toko buku berjudulkan wirid hidayat jadi itupun hanya penjabarannya saja Dan dikembangkan sendiri oleh penulis, penulis hanya mengambil 1 atau 2 paragraf saja lalu dikembangkan sendiri. Itu menurut saya.

            Melihat jauh kebelakang penghayat kepada Tuhan Yang Maha Esa, saya menyebutnya dengan nama kejawen ini sudah ada di tanah jawa ribuan tahun lamanya bahkan sebelum agama hindhu, budha, islam masuk ke tanah jawa kesimpulannya nenek moyang, leluhur kita sudah tau Dan menemukan cara untuk menyembah Dan mendekatkan diri kepada yang Maha Kuasa. Dan pernakah kalian berpikir Darimanakah asal-usul orang jawa ???

            Jadi yang masih umur-umur jagung pengetahuanya ilmunya masih cetek jangan langsung memvonis kalau kejawen itu syirik ataupun musyrik deh :D hehehe…

            Suatu  organisasi itu akan tetap selalu ada Dan berkembang apabila dalam suatu organisasi itu terdapat pinisepuh ataupun anggota Dan murid yang mumpuni dalam artian yang sakti Dan bisa membuat orang tertarik sehingga orang-orang ketika tertarik akan ilmu tersebut pastinya akan ikut bergabung untuk mempelajari ilmu Dan masuk dalam organisasi, Dan tentunya orang-orang yang mumpuni tersebut pada zaman modern seperti sekarang sudah sangat sulit ditemukan mungkin bisa 1 : 1000. Maka dari itu sudah tinggal sedikit organisasi yang bisa kita temui Dan tidak sedikit pula organisasi yang telah bubar dan tidak ada penerusnya kembali ( cures ).

            Dan perlu diingat organisasi penghayat kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa ini bukanlah aliran sesat ataupun aliran hitam.

            Dan susahnya yang namanya organisasi tidak akan lepas dari masalah Dan perpecahan apalagi organisasi yang seperti ini, disini apabila dalam suatu organisasi sudah berjalan Dan gawatnya ketika timbul pinisepuh-pinisepuh yang mumpuni Dan merasa dirinya yang paling benar Dan yang sakti dalam  organisasi tersebut tentu saja hal itu bisa memecah belah atau membuat berantakan organisasi kenapa???, ambil saja contoh ada satu atau dua pinisepuh atau anggota yang ingin menempuh jalan yang mereka yakini Dan dirasa dia benar menurut wangsit yang dia terima, Dan tentu saja hal ini akan mengubah pola pikir orang tersebut terlebih jika mempengaruhi anggota-anggota yang lainnya, disinilah susahnya untuk mempersatukan presepsi-presepsi yang berdeda. Apalagi jika organisasi itu merupakan suatu warisan dalam artian sudah ditinggal ( meninggal dunia ) oleh pendiri organisasi tentunya akan sulit mengedalikan para anggota-anggotanya.


            Pada hakekatnya kita tidak usah merasa bahwa diri kitalah yang paling benar, kebenaran itu bermacam-macam, ada yang benar menurut kita, benar menurut guru, benar menurut orang lain, Dan benar menurut Tuhan Yang Maha Esa, tapi siapa yang tau kalau sesuatu hal tersebut benar menurut Tuhan Yang Maha Esa ???

            Demikianlah sekilas uraian dari saya selaku penulis tunggal tentang makna kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Uraian ini baru merupakan upaya untuk memahami pengertian pokok ajaran organisasi penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Tentunya masih sangat diperlukan upaya-upaya pengupasan lain untuk lebih memperjelas pengertian tersebut karena hal-hal yang demikian ini pada dasarnya bersifat gaib dan tidak bisa diilmiahkan. Sekian...

...Rahayu...

Sabtu, 23 Agustus 2014

Sastra jendra hayuningrat pangruwating diyu begawan wisrawa


...Sastra Jendra Hayunigrat Pangruwating Diyu...




            Secara harfiah arti dari Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu adalah sebagai berikut; Serat = ajaran, Sastrajendra = Ilmu mengenai raja. Hayuningrat = Kedamaian. Pangruwating = Memuliakan atau merubah menjadi baik. Diyu = raksasa atau lambang keburukan. Raja disini bukan harfiah raja melainkan sifat yang harus dimiliki seorang manusia mampu menguasai hawa nafsu dan pancainderanya dari kejahatan. Seorang raja harus mampu menolak atau merubah keburukan menjadi kebaikan.Pengertiannya; bahwa Serat Sastrajendra Hayuningrat adalah ajaran kebijaksanaan dan kebajikan yang harus dimiliki manusia untuk merubah keburukan mencapai kemuliaan dunia akhirat. Ilmu Sastrajendra adalah ilmu makrifat yang menekankan sifat amar maruf nahi munkar, sifat memimpin dengan amanah dan mau berkorban demi kepentingan rakyat.

Asal – usul Sastra Jendra Dan Filosofinya
            Menurut para ahli sejarah, kalimat Sastra Jendra tidak pernah terdapat dalam kepustakaan Jawa Kuno. Tetapi baru terdapat pada abad ke 19 atau tepatnya 1820. Naskah dapat ditemukan dalam tulisan karya Kyai Yasadipura dan Kyai Sindusastra dalam lakon Arjuno Sastra atau Lokapala. Kutipan diambil dari kitab Arjuna Wijaya pupuh Sinom berikut cerita lokapala :

Tersebutlah sebuah kerajaan besar bernama Lokapala.
Negara ini adalah tempat bersemayamnya seorang raja
muda bernama Danaraja.

Danaraja atau Danapati terkenal
sangat sakti dan tampan. Rakyat dan bala tentaranya
terdiri dari manusia dan raksasa. Dan semua tentaranya
sangat ahli dalam olah keprajuritan. Lokapala
didirikan oleh Prabu Danurdana yang merupakan
keturunan Dewa Sambu putra Bathara Guru.

            Kemudian berturut-turut Lokapala yang damai diperintah oleh
Prabu Andanapati kemudian Prabu Lokawana. Prabu
Lokawana memiliki putri yang cantik jelita bernama
Dewi Lokawati. Lokawati yang cantik itu akhirnya
menikah dengan seorang pemuda brahmana sakti dan
tampan bernama Resi Wisrawa.

Setelah sang Prabu Lokawana mangkat, maka Wisrawa
menjadi raja di Lokapala. Prabu Wisrawa sangat
dicintai rakyatnya karena ia memimpin negara dengan
arif dan bijaksana. Dan dari perkimpoiannya dengan Dewi
Lokawati, mereka dianugrahi seorang putra yang diberi
nama Danaraja.

Tahun dan musim berganti, akhirnya
Danaraja tumbuh dewasa dan akhirnya naik tahta
menggantikan ayahnya yang lebih memilih hidup bertapa
sebagai pendeta. Dan sama seperti ayahnya, Prabu
Danaraja sangat arif dalam memimpin negara dan
rakyatnya. Sampai pada suatu ketika, Prabu Danaraja
mendengar adanya sebuah sayembara memperebutkan
seorang putri yang sangat cantik bernama Dewi Sukesi.

Dewi Sukesi adalah putri dari Prabu Sumali seorang
maharaja raksasa pemimpin negara Alengka. Sudah lama
memang Danaraja mendengar kecantikan sang putri. Ia
ingin sekali memperistri Dewi Sukesi dan
menyandingkannya sebagai permaisuri kerajaan
Lokapala.Maka disampaikanlah keinginan itu kepada
ayahandanya Resi Wisrawa. Danaraja ingin sekali
ayahnya mengutarakan keinginannya dan melamar Dewi
Sukesi untuknya. Wisrawa senang sekali mendengar hal
tersebut. Dan dengan cinta yang tulus dari seorang
ayah, Wisrawa bersedia berangkat ke Alengka untuk
melamar sang putri Sukesi karena menurut Resi Wisrawa,
tidak pantas bagi seorang raja terjun langsung ke
dalam arena sayembara, lagi pula syarat kedua, yaitu
penjabaran ilmu sastrajendra hayuningrat pangruwating
diyu tidak akan mungkin dapat diungkapkan oleh Prabu
Danaraja, sebab menurut Resi Wisrawa hanya dia
sendirilah yang dapat melakukan.

Alengkadiraja adalah kerajaan besar yang dipimpin oleh
raja raksasa bernama Prabu Sumali. Walaupun sang raja
berujud raksasa namun meskipun demikian, hati dan
tindak-tanduknya jauh lebih mulia melebihi manusia
lumrah. Prabu Sumali sendiri adalah putra dari raja
Alengka sebelumnya, Prabu Puksura.

Prabu Sumali juga memiliki putra yang bernama Sukesa
yang sangat sakti. Negara Alengka merupakan negara
yang sudah berusia cukup tua. Raja-raja sebelumnya
yaitu Prabu Banjaranjali, Prabu Jatimurti, Prabu
Getahbanjaran, Prabu Bramanatama, Prabu Puksura dan
terakhir Prabu Sumali. Rakyat Alengka kebanyakan
adalah para raksasa yang hidup tentram dan damai
dibawah kepemimpinan raja-raja tersebut.

Kini, Prabu Sumali tengah mencari jodoh untuk putrinya
yang tercinta Dewi Sukesi. Dewi Sukesi memberikan
syarat bagi calon suami yang ingin meminangnya harus
ahli dalam hal kesusastraan. Namun diluar persyaratan
itu, Jambumangli sendiri menghendaki keponakannya menikah
dengan seorang satria yang mampu mengatasi
keperkasaannya. Dan memang hingga kini tak satupun
para satria dan raja yang datang ke Alengka mampu
mengalahkan kedigdayaan Jambumangli.

Tetapi nampaknya,
Sang Pencipta berkata lain. Resi Wisrawa akhirnya
sampai di istana Alengka dan bertemu dengan Prabu
Sumali. Dua insan yang memang sahabat lama ini saling
berpelukan pada saat mereka bertemu. Namun air muka
sang Prabu Sumali berubah pada saat Wisrawa menyatakan
keinginannya datang ke Alengka. Prabu Sumali
memberitahukan bahwa untuk mendapatkan Dewi Sukesi
kerajaan telah membuat suatu sayembara tanpa memandang
apa dan siapa orangnya yaitu harus dapat. mengalahkan
Ditya Kala Jambu Mangli saudara muda Prabu Sumali dan
harus dapat menjabarkan Ilmu Sastra Jendra Hayuningrat
Pangrumating Diyu.

Wisrawa menyanggupi dan kemudian berhadapanlah dia
dengan Arya Jambumangli. Dari hasil percakapannya
dengan Ditya Kala Jambumangli, Resi Wisrawa
mendapatkan isyarat, bahwa Jambumangli yang pamannya
Dewi Sukesi itu ternyata mempunyai minat sendiri
terhadap keponakannya. Oleh karenanya, Resi Wisrawa
bertekad tidak hanya akan mengalahkan tetapi harus
memusnahkan Jambumangli.

Perang tanding seru terjadi.
Namun kesaktiaan Jambumangli masih berada dibawah
Wisrawa. Maka setelah beberapa waktu, Jambumangli
mulai kehabisan tenaga dan Resi Wisrawa dengan mudah
menekuk Jambumangli. Namun Jambumangli yang licik
terus memburu Resi Wisrawa. Wisrawa mengeluarkan
kesaktian dahsyatnya dan dibantainya Arya Jambumangli
hingga terpenggal kedua tangan, kaki dan kepalanya.
Sorak sorai para penonton dan ksatria membahana karena
hal ini sudah ditunggu-tunggu sejak lama. Jambumangli
memang satria raksasasa yang sakti namun ia berwatak
angkuh dan sombong. Persyaratan pertama telah dilalui.

Ramayana {bagian 2} - Sastra Jendra Hayuningrat
Pangruwating Diyu


Kini tiba saatnya Resi Wisrawa memulai penjabaran apa
arti ilmu Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu.
Namun sebelum wejangan berupa penjabaran makna ilmu
sastrajendra hayuningrat pangruwating diyu diajarkan
kepada Dewi Sukesi, Resi Wisrawa memberikan sekilas
tentang ilmu itu kepada Sang Prabu Sumali.

Resi Wisrawa berkata lembut, bahwa seyogyanya tak usah
terburu-buru, kehendak Sang Prabu Sumali pasti
terlaksana. Jika dengan sesungguhnya menghendaki
keutamaan dan ingin mengetahui arti sastra jendra.
Ajaran Ilmu Sastra Jendra itu adalah, barang siapa
yang menyadari dan menaati benar makna yang terkandung
di dalam ajaran itu akan dapat mengenal watak
(nafsu-nafsu) diri pribadi.

Nafsu-nafsu ini selanjutnya dipupuk, dikembangkan dengan
sungguh-sungguh secara jujur, di bawah pimpinan
kesadaran yang baik dan bersifat jujur. Dalam pada itu
yang bersifat buruk jahat dilenyapkan dan yang
bersifat baik diperkembangkan sejauh mungkin.
Kesemuanya di bawah pimpinan kebijaksanaan yang
bersifat luhur.

Terperangah Prabu Sumali tatkala mendengar uraian Resi
Wisrawa. Mendengar penjelasan singkat itu Prabu Sumali
hatinya mmenjadi sangat terpengaruh, tertegun dan
dengan segera mempersilahkan Resi Wisrawa masuk ke
dalam sanggar. Wejangan dilakukan di dalam sanggar
pemujaan, berduaan tanpa ada makhluk lain kecuali Resi
Wisrawa dengan Dewi Sukesi. Karena Sastrajendra adalah
rahasia alam semesta, yang tidak dibolehkan diketahui
sebarang makhluk, seisi dunia baik daratan, angkasa
dan lautan.
Dalam sebuah sanggar tertutup Wisrawa
mengajarkan ilmu Sastrajendra Hayuningrat kepada Sumali.
Sumali pun memperoleh pencerahan dan berubah wujud manjadi manusia.
Sementara itu Sukesa yang penasaran mengintai dari luar.
Karena mencuri dengar tanpa izin, tubuhnya pun berubah wujud menjadi raksasa.
Sejak saat itu ia memakai nama Prahasta.

Ilmu Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu
adalah sebuah ilmu sebagai kunci
orang dapat memahami isi indraloka pusat tubuh manusia
yang berada di dalam rongga dada yaitu pintu gerbang
atau kunci rasa jati, yang dalam hal ini bernilai sama
dengan Tuhan Yang Maha Esa, yang bersifat gaib. Maka
dari itu ilmu Sastra Jendera Hayuningrat Pangruwating
Diyu adalah sebagai sarana pemunah segala bahaya, yang
di dalam hal ilmu sudah tiada lagi. Sebab segalanya
sudah tercakup dalam sastra utama, puncak dari segala
macam ilmu. Raksasa serta segala hewan seisi hutan,
jika tahu artinya sastra jendra. Dewa akan membebaskan
dari segala petaka. Sempurna kematiannya, rohnya akan
berkumpul dengan roh manusia, manusia yang telah
sempurna yang menguasal sastra jendra, apabila ia
mati, rohnya akan berkumpul dengan para dewa yang
mulya.
Sastra Jendra disebut pula Sastra Ceta.
Suatu hal yang mengandung kebenaran, keluhuran, keagungan akan
kesempurnaan penilaian terhadap hal-hal yang belum
nyata bagi manusia biasa. Karena itu Ilmu Sastra
Jendra disebut pula sebagai ilmu atau pengetahuan
tentang rahasia seluruh semesta alam beserta
perkembangannya. Jadi tugasnya, Ilmu Sastra Jendra
Hayuningrat Pangruwating Diyu ialah jalan atau cara
untuk mencapai kesempurnaan hidup.

Untuk mencapai tingkat hidup yang demikian itu,
manusia harus menempuh berbagai persyaratan atau jalan
dalam hal ini berarti sukma dan roh yang manunggal,
Ada tujuh tahapan atau tingkat yang harus dilakukan
apabila ingin mencapai tataran hidup yang sempurna,
yaitu :

Tapaning jasad, yang berarti
mengendalikan/menghentikan daya gerak tubuh atau
kegiatannya. Janganlah hendaknya merasa sakit hati
atau menaruh balas dendam, apalagi terkena sebagai
sasaran karena perbuatan orang lain, atau akibat suatu
peristiwa yang menyangkut pada dirinya.
Sedapat-dapatnya hal tersebut diterima saja dengan
kesungguhan hati.

Tapaning budi, yang berarti
mengelakkan/mengingkari perbuatan yang terhina dan
segala hal yang bersifat tidak jujur.

Tapaning hawa nafsu, yang berarti
mengendalikan/melontarkan jauh-jauh hawa nafsu atau
sifat angkara murka dari diri pribadi. Hendaknya
selalu bersikap sabar dan suci, murah hati,
berperasaan dalam, suka memberi maaf kepada siapa pun,
juga taat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Memperhatikan
perasaan secara sungguh-sungguh, dan berusaha sekuat
tenaga kearah ketenangan (heneng), yang berarti tidak
dapat diombang-ambingkan oleh siapa atau apapun juga,
serta kewaspadaan (hening).

Tapaning sukma, yang berarti
memenangkan jiwanya.
Hendaknya kedermawanannya diperluas. Pemberian sesuatu
kepada siapapun juga harus berdasarkan keikhlasan
hati, seakan-akan sebagai persembahan sedemikian,
sehingga tidak mengakibatkan sesuatu kerugian yang
berupa apapun juga pada pihak yang manapun juga.
Pendek kata tanpa menyinggung perasaan.

Tapaning cahya, yang berarti
hendaknya orang selalu awas dan waspada serta mempunyai daya meramalkansesuatu secara tepat. Jangan sampai kabur atau mabuk
karena keadaan cemerlang yang dapat mengakibatkan
penglihatan yang serba samar dan saru. Lagi pula
kegiatannya hendaknya selalu ditujukan kepada
kebahagiaan dan keselamatan umum.

Tapaning gesang, yang berarti
berusaha berjuang sekuat tenaga secara berhati-hati,
kearah kesempurnaari hidup, serta taat kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Mengingat jalan atau cara itu berkedudukan pada
tingkat hidup tertinggi, maka ilmu Sastra Jendra
Hayuningrat Pangruwating Diyu itu dinamakan pula
"Benih seluruh semesta alam."

Jadi semakin jelas bahwa Sastra Jendra Hayuningrat
Pangruwating Diyu hanya sebagai kunci untuk dapat
memahami isi Rasa Jati, dimana untuk mencapai sesuatu
yang luhur diperlukan mutlak perbuatan yang sesuai.

Rasajati memperlambangkan jiwa atau badan halus
ataupun nafsu sifat tiap manusia, yaitu keinginan,
kecenderungan, dorongan hati yang kuat, kearah yang
baik maupun yang buruk atau jahat. Nafsu sifat itu
ialah; Luamah (angkara murka), Amarah, Supiyah (nafsu
birahi). Ketiga sifat tersebut melambangkan hal-hal
yang menyebabkan tidak teraturnya atau kacau balaunya
sesuatu masyarakat dalam berbagai bidang, antara lain:
kesengsaraan, malapetaka, kemiskinan dan lain
sebagainya.

Sedangkan sifat terakhir yaitu Mutmainah
(nafsu yang baik, dalam arti kata berbaik hati,
berbaik bahasa, jujur dan lain sebagainya) yang selalu
menghalang-halangi tindakan yang tidak senonoh.
Saat wejangan tersebut dimulai, para dewata di
kahyangan marah terhadap Resi Wisrawa yang berani
mengungkapkan ilmu rahasia alam semesta yang merupakan
ilmu monopoli para dewa.

Para Dewa sangat berkepentingan untuk tidak membeberkan ilmu itu ke
manusia. Karena apabila hal itu terjadi, apalagi jika
pada akhirnya manusia melaksanakannya, maka
sempurnalah kehidupan manusia. Semua umat di dunia
akan menjadi makhluk sempurna di mata
Penciptanya.Dewata tidak dapat membiarkan hal itu
terjadi. Maka digoncangkan seluruh penjuru bumi. Bumi
terasa mendidih. Alam terguncang-guncang. Prahara
besar melanda seisi alam. Apapun mereka lakukan agar
ilmu kesempurnaan itu tidak dapat di jalankan.
Semakin lama ajaran itu semakin meresap di tubuh
Sukesi. Untuk tidak terungkap di alam manusia, maka
Bhatara Guru langsung turun tangan dan berusaha agar
hasil dari ilmu tersebut tetap menjadi rahasia para
dewa. Karenanya ilmu tersebut harus tetap tetap patuh
berada di dalam rahasia dewa. Oleh niat tersebut maka
Bhatara Guru turun ke bumi masuk ke dalam badan Dewi
Sukesi.

Dibuatnya Dewi Sukesi tergoda dengan Resi
Wisrawa. Dalam waktu cepat Dewi Sukesi mulai tergoda
untuk mendekati Wisrawa. Namun Wisrawa yang terus
menguraikan ilmu itu tetap tidak berhenti. Bahkan
kekuatan dari uraian itu menyebabkan Sang Bathara Guru
terpental keluar dari raga Wisrawa.

Tetapi Bathara Guru tidak menyerah begitu saja. Dipanggilnya
permaisurinya yaitu Dewi Uma turun ke dunia. Bhatara
Guru masuk menyatu raga dalam tubuh Resi Wisrawa
sedang Dewi Uma masuk ke dalam tubuh Dewi Sukesi.
Tepat pada waktu ilmu itu hendak selesai diwejangkan
oleh Resi Wisrawa kepada Dewi Sukesi, datanglah suatu
percobaan atau ujian hidup. Sang Bhatara Guru yang
menyelundup ke dalam tubuh Bagawan Wisrawa dan Bhatari
Uma yang ada di dalam tubuh Dewi Sukesi memulai
gangguannya terhadap keduanya.

Godaan yang demikian dahsyat datang menghampiri kedua insan itu.
Resi Wisrawa dan Dewi Sukesi yang menerima pengejawantahan
Bhatara Guru dan Dewi Uma secara berturut-turut
terserang api asmara dan keduanya dirangsang oleh
nafsu birahi. Dan rangsangan itu semakin lama semakin
tinggi. Tembuslah tembok pertahanan Wisrawa dan
Sukesi. Dan terjadilah hubungan yang nantinya akan
membuahkan kandungan. Begawan Wisrawa lupa, bahwa ia
pada hakekatnya hanya berfungsi sebagai wakil anaknya
belaka. Dan akibat dari godaan tersebut, sebelum
wejangan Sastra Jendra selesai, setelah hubungan
antara Resi Wisrawa dengan Dewi Sukesi terjadi,
kenyataan mengatakan mereka sudah merupakan
suami-istri.

Seusai gangguan itu Bathara Guru dan Dewi Uma segera
meninggalkan dua manusia yang telah langsung menjadi
suami istri. Sadar akan segala perbuatannya, mereka
berdua menangis menyesali yang telah terjadi. Namun
segalanya telah terjadi. Sastra Jendra Hayuningrat
Pangruwating Diyu gagal diselesaikan. Dan hasil dari
segala uraian yang gagal diselesaikan itu adalah
seboah noda, aib dan cela yang akan menjadi malapetaka
besar dikemudian hari.

Tetapi apapun hasilnya harus dilalui. Resi Wisrawa dan
Dewi Sukesi membeberkan semuanya apa adanya kepada
sang ayah Prabu Sumali. Dengan arif Prabu Sumali
menerima kenyataan yang sudah terjadi. Dan Resi
Wisrawa dan Dewi Sukesi resmi sebagai suami istri, dan
seluruh sayembara ditutup.

Dalam dunia pewayangan lakon Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu dimaksudkan untuk lambang membabarkan wejangan sedulur papat lima pancer. Yang menjadi tokoh atau pelaku utama dalam lakon ini adalah sbb;
Begawan Wisrawa menjadi lambang guru yang memberi wejangan ngelmu Sastrajendra kepada Dewi Sukesi.
Ramawijaya sebagai penjelmaan Wisnu (Kayun; Yang Hidup), yang memberi pengaruh kebaikan terhadap Gunawan Wibisono (nafsul mutmainah), Keduanya sebagai lambang dari wujud jiwa dan sukma yang disebut Pancer. Karena wejangan yang diberikan oleh Begawan Wisrawa kepada Dewi Sukesi ini bersifat sakral yang tidak semua orang boleh menerima, maka akhirnya mendapat kutukan Dewa kepada anak-anaknya.

1. Dasamuka (raksasa) yang mempunyai perangai jahat, bengis, angkara murka, sebagai simbol dari nafsu amarah.

2. Kumbakarna (raksasa) yang mempunyai karakter raksasa yakni bodoh, tetapi setia, namun memiliki sifat pemarah. Karakter kesetiannya membawanya pada watak kesatria yang tidak setuju dengan sifat kakaknya Dasamuka. Kumbakarno menjadi lambang dari nafsu lauwamah.

3. Sarpokenoko (raksasa setengah manusia) memiliki karakter suka pada segala sesuatu yang enak-enak, rasa benar yang sangat besar, tetapi ia sakti dan suka bertapa. Ia menjadi simbol nafsu supiyah.

4. Gunawan Wibisono (manusia seutuhnya); sebagai anak bungsu yang mempunyai sifat yang sangat berbeda dengan semua kakaknya. Dia meninggalkan saudara-saudaranya yang dia anggap salah dan mengabdi kepada Romo untuk membela kebenaran. Ia menjadi perlambang dari nafsu mutmainah.

Laku Begawan Wisrawa yang banyak tirakat serta doa yang tiada hentinya, akhirnya Begawan Wisrawa punya anak-anak yang semakin sempurna ini menjadi simbol bahwa untuk mencapai Tuhan harus melalui empat tahapan yakni; Syariat, Tarikat, Hakekat, Makrifat.
Lakon ini mengingatkan kita bahwa untuk mengenal diri pribadinya, manusia harus melalui tahap atau tataran-tataran yakni;

1. Syariat; dalam falsafah Jawa syariat memiliki makna sepadan dengan Sembah Rogo.

2. Tarikat; dalam falsafah Jawa maknanya adalah Sembah Kalbu.

3. Hakikat; dimaknai sebagai Sembah Jiwa atau ruh (ruhullah).

4. Makrifat; merupakan tataran tertinggi yakni Sembah Rasa atau sir (sirullah).


Gambaran ilmu ini adalah mampu merubah raksasa menjadi manusia. Dalam pewayangan, raksasa digambarkan sebagai mahluk yang tidak sesempurna manusia.
Sastra jendra memiliki makna sebuah proses kehidupan dan khasanah batin manusia.
Bila cerita itu di lanjutkan sedikit lagi.. maka itulah awal kelahiran dari :
1. Rahwana : yang menggambarkan sifat dari nafsu amarah. Dialah yang lahir terlebih dahulu dari olah asmara dewi sukesi dan begawan wisrawa.
2. Kumbokarno : yang menggambarkan sifat tamak. ato cerminan nafsu aluamah.. sifat yang mengiringi nafsu amarah.
3. Sarpokenoko : menggambarkan nafsu seks. ato lazim di kenal dg nafsu suphiah.
4. Gunawan wibisono: menggambarkan nafsu kebaikan. ato nafsu muthmainah.

Ke empat raksasa ini lah yang selalu menyertai kehidupan manusia. Dengan mengenal dari mana dia berasal, di harapkan manusia mampu membimbing ke 4 raksasa tersebut. Bukan untuk membunuhnya, melainkan merawatnya dengan baik sehingga mampu membawa manusia pada tataran sebagai manusia seutuhnya.




=RAHAYU=

Puncak Ilmu Kejawen Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu

Puncak Ilmu Kejawen


lmu “Sastra Jendra hayuningrat Pangruwating Diyu” adalah puncak Ilmu Kejawen. “Sastra Jendra hayuningrat Pangruwating Diyu” artinya; wejangan berupa mantra sakti untuk keselamatan dari unsur-unsur kejahatan di dunia. Wejangan atau mantra tersebut dapat digunakan untuk membangkitkan gaib “Sedulur Papat” yang kemudian diikuti bangkitnya saudara “Pancer” atau sukma sejati,
Sehingga orang yang mendapat wejangan itu akan mendapat kesempurnaan. Secara harfiah arti dari “Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu” adalah sebagai berikut; Serat = ajaran, Sastrajendra = Ilmu mengenai raja. Hayuningrat = Kedamaian. Pangruwating = Memuliakan atau merubah menjadi baik. Diyu = raksasa atau lambang keburukan. Raja disini bukan harfiah raja melainkan sifat yang harus dimiliki seorang manusia mampu menguasai hawa nafsu dan pancainderanya dari kejahatan. Seorang raja harus mampu menolak atau merubah keburukan menjadi kebaikan.Pengertiannya; bahwa Serat Sastrajendra Hayuningrat adalah ajaran kebijaksanaan dan kebajikan yang harus dimiliki manusia untuk merubah keburukan mencapai kemuliaan dunia akhirat. Ilmu Sastrajendra adalah ilmu makrifat yang menekankan sifat amar ma’ruf nahi munkar, sifat memimpin dengan amanah dan mau berkorban demi kepentingan rakyat.

Asal-usul Sastra Jendra dan Filosofinya
Menurut para ahli sejarah, kalimat “Sastra Jendra” tidak pernah terdapat dalam kepustakaan Jawa Kuno.  Tetapi baru terdapat pada abad ke 19 atau tepatnya 1820. Naskah dapat ditemukan dalam tulisan karya Kyai Yasadipura dan Kyai Sindusastra dalam lakon Arjuno Sastra atau Lokapala. Kutipan diambil dari kitab Arjuna Wijaya pupuh Sinom pada halaman 26;
Selain daripada itu, sungguh heran bahwa tidak seperti permintaan anak saya wanita ini, yakni barang siapa dapat memenuhi permintaan menjabarkan “Sastra Jendra hayuningrat” sebagai ilmu rahasia dunia (esoterism) yang dirahasiakan oleh Sang Hyang Jagad Pratingkah. Dimana tidak boleh seorangpun mengucapkannya karena mendapat laknat dari Dewa Agung walaupun para pandita yang sudah bertapa dan menyepi di gunung sekalipun, kecuali kalau pandita mumpuni. Saya akan berterus terang kepada dinda Prabu, apa yang menjadi permintaan putri paduka. Adapun yang disebut Sastra Jendra Yu Ningrat adalah pangruwat segala segala sesuatu, yang dahulu kala disebut sebagai ilmu pengetahuan yang tiada duanya, sudah tercakup ke dalam kitab suci (ilmu luhung = Sastra). Sastra Jendra itu juga sebagai muara atau akhir dari segala pengetahuan. Raksasa dan Diyu, bahkan juga binatang yang berada dihutan belantara sekalipun kalau mengetahui arti Sastra Jendra akan diruwat oleh Batara, matinya nanti akan sempurna, nyawanya akan berkumpul kembali dengan manusia yang “linuwih” (mumpuni), sedang kalau manusia yang mengetahui arti dari Sastra Jendra nyawanya akan berkumpul dengan para Dewa yang mulia…
 Ajaran “Sastra Jendra hayuningrat Pangruwating Diyu” mengandung isi yang mistik, angker gaib, kalau salah menggunakan ajaran ini bisa mendapat malapetaka yang besar. Seperti pernah diungkap oleh Ki Dalang Narto Sabdo dalam lakon wayang Lahirnya Dasamuka. Kisah ceritanya sebagai berikut;
Begawan Wisrawa mempunyai seorang anak bernama Prabu Donorejo, yang ingin mengawini seorang istri bernama Dewi Sukesi yang syaratnya sangat berat, yakni;
Bisa mengalahkan paman Dewi Sukesi, yaitu Jambu Mangli, seorang raksasa yang sangat sakti.
Bisa menjabarkan ilmu “Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu”
Prabu Donorejo tidak dapat melaksanakan maka minta bantuan ayahandanya, Begawan Wisrawa yang ternyata dapat memenuhi dua syarat tersebut. Maka Dewi Sukesi dapat diboyong Begawan Wisrawa, untuk diserahkan kepada anaknya Prabu Donorejo.
        Selama perjalanan membawa pulang Dewi Sukesi, Begawan Wisrawa jatuh hati kepada Dewi Sukesi demikian juga Dewi Sukesi hatinya terpikat kepada Begawan Wisrawa.
“Jroning peteng kang ono mung lali, jroning lali gampang nindakake kridaning priyo wanito,” kisah Ki Dalang.
        Begawan Wisrawa telah melanggar ngelmu “Sastra Jendra”, beliau tidak kuat menahan nafsu seks dengan Dewi Sukesi. Akibat dari dosa-dosanya maka lahirlah anak yang bukan manusia tetapi berupa raksasa yang menakutkan, yakni;
1.     Dosomuko
2.     Kumbokarno
3.     Sarpokenoko
4.     Gunawan Wibisono
Setelah anak pertama lahir, Begawan Wisrawa mengakui akan kesalahannya, sebagai penebus dosanya beliau bertapa atau tirakat tidak henti-hentinya siang malam. Berkat gentur tapanya, maka lahir anak kedua, ketiga dan keempat yang semakin sempurna.Laku Begawan Wisrawa yang banyak tirakat serta doa yang tiada hentinya, akhirnya Begawan Wisrawa punya anak-anak yang semakin sempurna ini menjadi simbol bahwa untuk mencapai Tuhan harus melalui empat tahapan yakni; Syariat, Tarikat, Hakekat, Makrifat.
Lakon ini mengingatkan kita bahwa untuk mengenal diri pribadinya, manusia harus melalui tahap atau tataran-tataran yakni;
1.     Syariat; dalam falsafah Jawa syariat memiliki makna sepadan dengan Sembah Rogo.
2.     Tarikat; dalam falsafah Jawa maknanya adalah Sembah Kalbu.
3.     Hakikat; dimaknai sebagai Sembah Jiwa atau ruh (ruhullah).
4.     Makrifat; merupakan tataran tertinggi yakni Sembah Rasa atau sir (sirullah).

Pun diceritakan dalam kisah Dewa Ruci, di mana diceritakan perjalanan Bima (mahluk Tuhan) mencari “air kehidupan” yakni sejatinya hidup. Air kehidupan atau tirta maya, dalam bahasa Arab disebut sajaratul makrifat. Bima harus melalui berbagai rintangan baru kemudia bertemu dengan Dewa Ruci (Dzat Tuhan) untuk mendapatkan “ngelmu”.
Bima yang tidak lain adalah Wrekudara/AryaBima, masuk tubuh Dewa Ruci menerima ajaran tentang Kenyataan “Segeralah kemari Wrekudara, masuklah ke dalam tubuhku”, kata Dewa Ruci. Sambil tertawa Bima bertanya :”Tuan ini bertubuh kecil, saya bertubuh besar, dari mana jalanku masuk, kelingking pun tidak mungkin masuk”. Dewa Ruci tersenyum dan berkata lirih:”besar mana dirimu dengan dunia ini, semua isi dunia, hutan dengan gunung, samudera dengan semua isinya, tak sarat masuk ke dalam tubuhku”.
Atas petunjuk Dewa Ruci, Bima masuk ke dalam tubuhnya melalui telinga kiri.
Dan tampaklah laut luas tanpa tepi, langit luas, tak tahu mana utara dan selatan, tidak tahu timur dan barat, bawah dan atas, depan dan belakang. Kemudian, terang, tampaklah Dewa Ruci, memancarkan sinar, dan diketahui lah arah, lalu matahari, nyaman rasa hati.
Ada empat macam benda yang tampak oleh Bima, yaitu hitam, merah kuning dan putih. Lalu berkatalah Dewa Ruci:”Yang pertama kau lihat cahaya, menyala tidak tahu namanya, Pancamaya itu, sesungguhnya ada di dalam hatimu, yang memimpin dirimu, maksudnya hati, disebut muka sifat, yang menuntun kepada sifat lebih, merupakan hakikat sifat itu sendiri. Lekas pulang jangan berjalan, selidikilah rupa itu jangan ragu, untuk hati tinggal, mata hati itulah, menandai pada hakikatmu, sedangkan yang berwarna merah, hitam, kuning dan putih, itu adalah penghalang hati.
Yang hitam kerjanya marah terhadap segala hal, murka, yang menghalangi dan menutupi tindakan yang baik. Yang merah menunjukkan nafsu yang baik, segala keinginan keluar dari situ, panas hati, menutupi hati yang sadar kepada kewaspadaan. Yang kuning hanya suka merusak. Sedangkan yang putih berarti nyata, hati yang tenang suci tanpa berpikiran ini dan itu, perwira dalam kedamaian. Sehingga hitam, merah dan kuning adalah penghalang pikiran dan kehendak yang abadi, persatuan Suksma Mulia.
Lalu Bima melihat, cahaya memancar berkilat, berpelangi melengkung, bentuk zat yang dicari, apakah gerangan itu ?! Menurut Dewa Ruci, itu bukan yang dicari (air suci), yang dilihat itu yang tampak berkilat cahayanya, memancar bernyala-nyala, yang menguasai segala hal, tanpa bentuk dan tanpa warna, tidak berwujud dan tidak tampak, tanpa tempat tinggal, hanya terdapat pada orang-orang yang awas, hanya berupa firasat di dunia ini, dipegang tidak dapat, adalah Pramana, yang menyatu dengan diri tetapi tidak ikut merasakan gembira dan prihatin, bertempat tinggal di tubuh, tidak ikut makan dan minum, tidak ikut merasakan sakit dan menderita, jika berpisah dari tempatnya, raga yang tinggal, badan tanpa daya. Itulah yang mampu merasakan penderitaannya, dihidupi oleh suksma, ialah yang berhak menikmati hidup, mengakui rahasia zat.
Kehidupan Pramana dihidupi oleh suksma yang menguasai segalanya, Pramana bila mati ikut lesu, namun bila hilang, kehidupan suksma ada. Sirna itulah yang ditemui, kehidupan suksma yang sesungguhnya, Pramana Anresandani.
Jika ingin mempelajari dan sudah didapatkan, jangan punya kegemaran, bersungguh-sungguh dan waspada dalam segala tingkah laku, jangan bicara gaduh, jangan bicarakan hal ini secara sembunyi-sembunyi, tapi lekaslah mengalah jika berselisih, jangan memanjakan diri, jangan lekat dengan nafsu kehidupan tapi kuasailah.
Tentang keinginan untuk mati agar tidak mengantuk dan tidak lapar, tidak mengalami hambatan dan kesulitan, tidak sakit, hanya enak dan bermanfaat, peganglah dalam pemusatan pikiran, disimpan dalam buana, keberadaannya melekat pada diri, menyatu padu dan sudah menjadi kawan akrab.
Sedangkan Suksma Sejati, ada pada diri manusia, tak dapat dipisahkan, tak berbeda dengan kedatangannya waktu dahulu, menyatu dengan kesejahteraan dunia, mendapat anugerah yang benar, persatuan manusia/kawula dan pencipta/Gusti. Manusia bagaikan wayang, Dalang yang memainkan segala gerak gerik dan berkuasa antara perpaduan kehendak, dunia merupakan panggungnya, layar yang digunakan untuk memainkan panggungnya.
Bila seseorang mempelajari “Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu” berarti harus pula mengenal asal usul manusia dan dunia seisinya, dan haruslah dapat menguraikan tentang sejatining urip (hidup), sejatining Panembah (pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa), sampurnaning pati (kesempurnaan dalam kematian), yang secara gamblang disebut juga innalillahi wainna illaihi rojiuun, kembali ke sisi Tuhan YME dengan tata cara hidup layak untuk mencapai budi suci dan menguasai panca indera serta hawa nafsu untuk mendapatkan tuntunan Sang Guru Sejati.
Uraian tersebut dapat menjelaskan bahwa sasaran utama mengetahui “Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu” adalah untuk mencapai Kasampurnaning Pati, dalam istilah RNg Ronggowarsito disebut Kasidaning Parasadya atau pati prasida, bukan sekedar pati patitis atau pati pitaka. “Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu” seolah menjadi jalan tol menuju pati prasida.
Bagi mereka yang mengamalkan “Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu” dapat memetik manfaatnya berupa Pralampita atau ilham atau wangsit (wahyu) atau berupa “senjata” yang berupa rapal. Dengan rapal atau mantra orang akan memahami isi Endra Loka, yakni pintu gerbang rasa sejati, yang nilainya sama dengan sejatinya Dzat YME dan bersifat gaib. Manusia mempunyai tugas berat dalam mencari Tuhannya kemudian menyatukan diri ke dalam gelombang Dzat Yang Maha Kuasa. Ini diistilahkan sebagai wujud jumbuhing/manunggaling kawula lan Gusti, atau warangka manjing curiga. Tampak dalam kisah Dewa Ruci, pada saat bertemunya Bima dengan Dewa Ruci sebagai lambang Tuhan YME. Saat itu pula Bima menemukan segala sesuatu di dalam dirinya sendiri.
Itulah inti sari dari “Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu” sebagai Pungkas-pungkasaning Kawruh. Artinya, ujung dari segala ilmu pengetahuan atau tingkat setinggi-tingginya ilmu yang dapat dicapai oleh manusia atau seorang sufi. Karena ilmu yang diperoleh dari makrifat ini lebih tinggi mutunya dari pada ilmu pengetahuan yang dapat dicapai dengan akal.
Dalam dunia pewayangan lakon “Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu” dimaksudkan untuk lambang membabarkan wejangan sedulur papat lima pancer. Yang menjadi tokoh atau pelaku utama dalam lakon ini adalah sbb;
Begawan Wisrawa menjadi lambang guru yang memberi wejangan ngelmu Sastrajendra kepada Dewi Sukesi. Ramawijaya sebagai penjelmaan Wisnu  (Kayun; Yang Hidup), yang memberi pengaruh kebaikan terhadap Gunawan Wibisono (nafsul mutmainah), Keduanya sebagai lambang dari wujud jiwa dan sukma yang disebut Pancer. Karena wejangan yang diberikan oleh Begawan Wisrawa kepada Dewi Sukesi ini bersifat sakral yang tidak semua orang boleh menerima, maka akhirnya mendapat kutukan Dewa kepada anak-anaknya.

1.     Dasamuka (raksasa) yang mempunyai perangai jahat, bengis, angkara murka, sebagai simbol dari nafsu amarah.
2.     Kumbakarna (raksasa) yang mempunyai karakter raksasa yakni bodoh, tetapi setia, namun memiliki sifat pemarah. Karakter kesetiannya membawanya pada watak kesatria yang tidak setuju dengan sifat kakaknya Dasamuka. Kumbakarno menjadi lambang dari nafsu lauwamah.
3.     Sarpokenoko (raksasa setengah manusia) memiliki karakter suka pada segala sesuatu yang enak-enak, rasa benar yang sangat besar, tetapi ia sakti dan suka bertapa. Ia menjadi simbol nafsu supiyah.
4.     Gunawan Wibisono (manusia seutuhnya); sebagai anak bungsu yang mempunyai sifat yang sangat berbeda dengan semua kakaknya. Dia meninggalkan saudara-saudaranya yang dia anggap salah dan mengabdi kepada Romo untuk membela kebenaran. Ia menjadi perlambang dari nafsul mutmainah.

Gambaran ilmu ini adalah mampu merubah raksasa menjadi manusia. Dalam pewayangan, raksasa digambarkan sebagai mahluk yang tidak sesempurna manusia. Misal kisah prabu Salya yang malu karena memiliki ayah mertua seorang raksasa. Raden Sumantri atau dikenal dengan nama Patih Suwanda memiliki adik raksasa bajang bernama Sukrasana. Dewi Arimbi, istri Werkudara harus dirias sedemikian rupa oleh Dewi Kunti agar Werkudara mau menerima menjadi isterinya. Betari Uma disumpah menjadi raksesi oleh Betara Guru saat menolak melakukan perbuatan kurang sopan dengan Dewi Uma pada waktu yang tidak tepat. Anak hasil hubungan Betari Uma dengan Betara Guru lahir sebagai raksasa sakti mandra guna dengan nama “ Betara Kala “ (kala berarti keburukan atau kejahatan). Sedangkan Betari Uma kemudian bergelar Betari Durga menjadi pengayom kejahatan dan kenistaan di muka bumi memiliki tempat tersendiri yang disebut “ Kayangan Setragandamayit “. Wujud Betari Durga adalah raseksi yang memiliki taring dan gemar membantu terwujudnya kejahatan.
Melalui ilmu Sastrajendra maka simbol sifat sifat keburukan raksasa yang masih dimiliki manusia akan menjadi dirubah menjadi sifat sifat manusia yang berbudi luhur. Karena melalui sifat manusia ini kesempurnaan akal budi dan daya keruhanian mahluk ciptaan Tuhan diwujudkan. Dalam kitab suci disebutkan bahwa manusia adalah ciptaan paling sempurna. Bahkan ada disebutkan, Tuhan menciptakan manusia berdasar gambaran dzat-Nya. Filosof Timur Tengah Al Ghazali menyebutkan bahwa manusia seperti Tuhan kecil sehingga Tuhan sendiri memerintahkan para malaikat untuk bersujud. Sekalipun manusia terbuat dari dzat hara berbeda dengan jin atau malaikat yang diciptakan dari unsur api dan cahaya. Namun manusia memiliki sifat sifat yang mampu menjadi “ khalifah “ (wakil Tuhan di dunia).
Namun ilmu ini oleh para dewata hanya dipercayakan kepada Wisrawa seorang satria berwatak wiku yang tergolong kaum cerdik pandai dan sakti mandraguna untuk mendapat anugerah rahasia Serat Sastrajendrahayuningrat  Diyu.
Ketekunan, ketulusan dan kesabaran Begawan Wisrawa menarik perhatian dewata sehingga memberikan amanah untuk menyebarkan manfaat ajaran tersebut. Sifat ketekunan Wisrawa, keihlasan, kemampuan membaca makna di balik sesuatu yang lahir dan kegemaran berbagi ilmu. Sebelum “ madeg pandita “ ( menjadi wiku ) Wisrawa telah lengser keprabon menyerahkan tahta kerajaaan kepada sang putra Prabu Danaraja. Sejak itu sang wiku gemar bertapa mengurai kebijaksanaan dan memperbanyak ibadah menahan nafsu duniawi untuk memperoleh kelezatan ukhrawi nantinya. Kebiasaan ini membuat sang wiku tidak saja dicintai sesama namun juga para dewata.

Sifat Manusia Terpilih
Sebelum memutuskan siapa manusia yang berhak menerima anugerah Sastra Jendra, para dewata bertanya pada sang Betara Guru. “ Duh, sang Betara agung, siapa yang akan menerima Sastra Jendra, kalau boleh kami mengetahuinya. “Bethara guru menjawab “ Pilihanku adalah anak kita Wisrawa “. Serentak para dewata bertanya “ Apakah paduka tidak mengetahui akan terjadi bencana bila diserahkan pada manusia yang tidak mampu mengendalikannya. Bukankah sudah banyak kejadian yang bisa menjadi pelajaran bagi kita semua”
Kemudian sebagian dewata berkata “ Kenapa tidak diturunkan kepada kita saja yang lebih mulia dibanding manusia “.
Seolah menegur para dewata sang Betara Guru menjawab “Hee para dewata, akupun mengetahui hal itu, namun sudah menjadi takdir Tuhan Yang Maha Kuasa bahwa ilmu rahasia hidup justru diserahkan pada manusia. Bukankah tertulis dalam kitab suci, bahwa malaikat mempertanyakan pada Tuhan mengapa manusia yang dijadikan khalifah padahal mereka ini suka menumpahkan darah“. Serentak para dewata menunduk malu “ Paduka lebih mengetahui apa yang tidak kami ketahui”. Kemudian, Betara Guru turun ke mayapada didampingi Betara Narada memberikan Serat Sastra Jendra kepada Begawan Wisrawa.
“ Duh anak Begawan Wisrawa, ketahuilah bahwa para dewata memutuskan memberi amanah Serat Sastra Jendra kepadamu untuk diajarkan kepada umat manusia”
Mendengar hal itu, menangislah Sang Begawan “ Ampun, sang Betara agung, bagaimana mungkin saya yang hina dan lemah ini mampu menerima anugerah ini “.
Betara Narada mengatakan “ Anak Begawan Wisrawa, sifat ilmu ada 2 (dua). Pertama, harus diamalkan dengan niat tulus. Kedua, ilmu memiliki sifat menjaga dan menjunjung martabat manusia. Ketiga, jangan melihat baik buruk penampilan semata karena terkadang yang baik nampak buruk dan yang buruk kelihatan sebagai sesuatu yang baik. “ Selesai menurunkan ilmu tersebut, kedua dewata kembali ke kayangan.
Setelah menerima anugerah Sastrajendra maka sejak saat itu berbondong bondong seluruh satria, pendeta, cerdik pandai mendatangi beliau untuk minta diberi wejangan ajaran tersebut. Mereka berebut mendatangi pertapaan Begawan Wisrawa melamar menjadi cantrik untuk mendapat sedikit ilmu Sastra Jendra. Tidak sedikit yang pulang dengan kecewa karena tidak mampu memperoleh ajaran yang tidak sembarang orang mampu menerimanya. Para wiku, sarjana, satria harus menerima kenyataan bahwa hanya orang-orang yang siap dan terpilih mampu menerima ajarannya.
        Demikian lah pemaparan tentang puncak ilmu kejawen yang adiluhung, tidak bersifat primordial, tetapi bersifat universal, berlaku bagi seluruh umat manusia di muka bumi, manusia sebagai mahluk ciptaan Gusti Kang Maha Wisesa, Tuhan Yang Maha Kuasa. Yang Maha Tunggal. Janganlah terjebak pada simbol-simbol atau istilah yang digunakan dalam tulisan ini. Namun ambilah hikmah, hakikat, nilai yang bersifat metafisis dan universe dari ajaran-ajaran di atas. Semoga bermanfaat.

Semoga para pembaca yang budiman diantara orang-orang yang terpilih dan pinilih untuk meraih ilmu sejatinya hidup.

Salam

Ilmu jawa sedulur papat limo pancer, kakang kawah adi ari-ari

Cara Bersemedi Untuk Menemui Kembaran Diri - Ilmu Jawa



BELAJAR ILMU JAWA. Orang yang pernah menemui kembaran diri atau sedulur papat limo pancer kakang kawah adi ari-ari pasti akan mengenal jatidiri, siapakah diri kita sebenarnya.
**********
Kepada para pembaca yang terhormat, tulisan ini telah saya pindah dari website satunya karena website tersebut dibeli orang dan pemiliknya yang sekarang ini tidak suka dengan ilmu-ilmuan. Semua artikel tentang ilmu jawa dihapus bersih, padahal nulisnya sampai kepala cenut-cenut, gkgkgk...

Sebelumnya artikel ini pernah saya suspend dari internet selama beberapa bulan karena saya khawatir banyak pembaca yang salah paham, karena ilmu-ilmu seperti ini tergolong sangat sensitif bagi kalangan masyarakat yang kurang memahami atau yang tidak mau memahami ilmu jawa.

Namun ada juga seseorang yang mengaku paranormal mengcopy artikel ini tanpa mencantumkan link sumbernya. Padahal paranormal tentunya lebih tahu, kenapa tidak menulis sendiri saja ilmunya di blog agar lebih maknyos, hahaha... Sedangkan saya sendiri bukan paranormal, melainkan seorang blogger yang suka corat-coret di internet. Akhirnya artikel ini saya publish lagi disini, namun telah saya tambahi lagi dengan beberapa tulisan agar bisa sekalian melengkapi pertanyaan-pertanyaan yang pernah ditulis pembaca dulu. Serta agar tidak terjadi duplikat konten.
**********

Kebetulan saya sendiri sejak kecil dibesarkan dalam tradisi jawa kuno. Baru berumur lima tahun sudah sering diwejang tentang sedulur papat limo pancer oleh kakek dan nenek. Setiap hari kelahiran (weton) selalu dibuatkan jenang abang jenang sengkolo untuk memanggil sedulur papat limo pancer. Dalam istilah jawa katanya saya sedang "diamong-amongi", artinya mengumpulkan nini among kaki among yang momong si jabang bayi agar menjaga diri saya.

Setiap malam hari tidur bersama kakek di kamar yang dipenuhi oleh keris-keris pusaka yang datang sendiri secara gaib. Sambil bercerita masa lalu ketika beliau sedang melakukan babat alas di tanah jawa bagian timur dengan menggunakan aji bolosewu yang dibantu oleh ribuan harimau siluman. Dalam hati saya berkata," jangan mengkhayal mbah, gkgkgk...."

Belum lagi nenek. Setiap bulan purnama saya masih kecil diajak keluar rumah mengucap mantra jawa seraya menghentakkan kaki ke tanah untuk memanggilmbok damar sasi (dewi penunggu bulan) agar awet muda. Nenek saya meninggal pada usia 125 tahun dan kakek saya meninggal lebih dulu pada usia 115 tahun. Maksud mereka adalah ingin mewariskan ilmu-ilmu jawa kuno kepada anak cucunya agar jangan sampai hilang.

Namun sayang, saya sendiri tidak punya bakat sehingga tidak tertarik sama sekali dengan ilmu-ilmuan waktu itu. Sehingga sampai sekarang ini saya tidak bisa menguasai ilmu apapun, kecuali hanya pandai bercerita saja, gkgkgk... Jadi mohon maaf jika tulisan saya ini tergolong ngelantur.

Berikut ini cara menemui sedulur papat limo pancer paling aman dan nyaman, karena berada di dalam kamar sehingga tidak dikeroyok nyamuk. Namun jika anda memang berbakat dan memang kuat dalam menjalani tirakat, InsyaAllah akan terkabul dan hasilnya sama saja dengan bertapa di atas gunung.
**********

Cara Bersemedi Untuk Menemui Saudara Sejati

Tapi saya sendiri tidak sakti bro... melainkan hanya membagikan tambahan-tambahan pengalaman dari mewawancarai paranormal asli Jawa yang pernah saya liput beberapa tahun lalu untuk kita jadikan sebagai bahan renungan saja. Ini hanyalah salah satu cara dari sekian banyak cara tentang belajar ilmu sejati. 
**********

"Kembaran diri" atau saudara sejati atau juga disebut ilmu sejati adalah merupakan basis kekuatan ilmu Jawa. Beberapa spiritualis jawa mengatakan, tokoh Indonesia era modern yang memiliki ilmu sejati adalah Bung Karno. Ilmu jawa sangat terkenal hingga manca negara. Terutama ilmu santet. Ilmu santet memiliki kekuatan sihir yang dahsyat setingkat voodoo milik suku Indian di Amerika. Santet bisa dipatahkan oleh ilmu sedulur papat limo pancer.

Beberapa peneliti dari Amerika Serikat pernah menyingkap peranan dukun jawa di Banyuwangi. Diantaranya adalah Profesor Dr. Clifford Geertz B.A dari California pada tahun 1950-1960, Mulder pada tahun 1978-1998 dan Beatty pada tahun 1999. Penelitian lain juga dilakukan pada tahun 2002 oleh University of the Sunshine Coast, Queensland, Australia dalam ACICIS Study Indonesia Program dengan laporan yang berjudul "The Role of Dukun in Contemporary East Java: a case study of Banyuwangi dukun".

Dalam penelitian tersebut mereka menemukan bahwa peranan dukun Jawa mampu mempengaruhi ideologi dan politik di negara Indonesia. Mereka mengatakan Banyuwangi sebagai pusat orang-orang sakti di Indonesia.
**********


Dukun santet Banyuwangi merupakan pakar ilmu sihir yang berbasis ilmu Jawa. Dan menemui saudara sejati adalah hal pertama yang musti dilakukan olehparanormal jawa kuno karena hal ini merupakan pelajaran awal dalam belajar ilmu Jawa sesuai tuntunan tradisi Jawa kuno.

Menemui saudara sejati artinya adalah menemui kembaran diri yang ada di dalam tubuh manusia. Dalam kepercayaan masyarakat Jawa dipercaya adanya kembaran diri di dalam tubuh manusia, mereka berjumlah empat orang dan semuanya wajahnya persis seperti kita, hanya saja mereka lebih bersih dan cerah, tidak kumus-kumus seperti kita. Mereka bersatu di dalam tubuh manusia dan berwujud menjadi diri kita yang sekarang ini. Benarkah itu?

Benar atau tidak, hal ini telah menjadi kepercayaan masyarakat Jawa secara turun temurun dan telah menjadi syarat utama dalam mempelajari ilmu Jawa tingkat tinggi atau disebut ilmu kasepuhan (ilmu jawa tua). Jadi sebelum mempelajari ilmu apapun, seseorang harus bisa menguasai dulu ilmu yang satu ini, yaitu mengenal jatidiri. Setelah itu baru diperbolehkan menguasai ilmu lainnya. Tentunya anda bisa mengeruk kekuatan-kekuatan alam yang tersimpan di alam gaib jika telah menguasai ilmu tertua ini.

Jika seseorang sudah terlanjur mendapatkan ilmu kadigdayaan dari seorang guru tapi belum pernah menemui saudara sejati ini, maka dikhawatirkan orang tersebut akan dikendalikan oleh ilmunya sendiri nantinya. Selain itu orang tersebut tidak akan tahu siapakah makhluk gaib yang ada di dalam dirinya tersebut dan dari mana ilmu itu berasal. Apakah ilmu yang telah menyatu dengan jiwa raga anda tersebut adalah makhluk baik atau makhluk jahat. Anda harus tahu.

Perlu kita ketahui bahwa kenapa seseorang bisa memiliki ilmu kanuragan, ilmu kebal, ilmu gaib dan ilmu-ilmu lainnya? Kenapa seseorang tersebut bisa sakti? Karena ada makhluk gaib yang telah menyatu dengan jiwa raga orang tersebut, dan makhluk gaib itulah yang telah membantu orang tersebut sehingga menjadi sakti. Makhluk gaib tersebut telah disatukan dengan dirinya oleh seorang guru. Sesungguhnya manusia terlahir secara alami tidak ada yang sakti.

Dari manakah sang guru tersebut mendapatkan makhluk gaib dan lantas dimasukkan kedalam tubuh murid-muridnya? Hal inilah yang harus kita ketahui agar kita bisa menyadari dari manakah ilmu kita ini berasal dan seperti apa wujudnya. Oleh karena itulah dalam belajar ilmu Jawa diharuskan mengenal jatidiri dulu sebelum belajar ilmu lainnya agar bisa mengetahui segala apa yang terjadi pada diri kita. Kita akan bisa mengetahui semua ini jika telah pernah menemui saudara empat kelima pancer yang bertapa di dalam batin manusia.

Kita nantinya bisa menirukan sang guru tersebut mengambil makhluk halus sakti dari alam gaib tertentu untuk di-inventariskan kepada murid-muridnya. Guru tersebut pergi ke alam gaib dengan cara melepas sukmanya untuk menemui makhluk gaib yang dia butuhkan, dan hal ini dilakukan dengan cara ragasukma (meraga sukma) atau rogosukmo.

Ragasukma sendiri ada bermacam-macam cara dan tingkatan. Berdasarkan metode dan penerapan, ragasukma dibedakan menjadi dua macam.

Pertama, ragasukma tingkat rendah
Ragasukma jenis ini adalah proses melepas sukma keluar dari tubuh dengan bantuan makhluk halus dan bertujuan hanya untuk berjalan-jalan disekitar alam dunia ini saja. Artinya, setelah sukma kita berhasil keluar dari tubuh kita maka kita bisa pergi kemana saja semau kita seperti orang terbang, karena disaat ini raga halus akan terasa ringan seperti angin dan bisa menembus tembok.

Ragasukma seperti ini bisa dipelajari dengan cara tidak terlalu sulit karena bisa didapat dari paranormal yang menjual jasa pembelajaran ilmu gaib yang banyak terdapat di internet atau media masa lainnya. Namun belajar ragasukma seperti ini juga tidak bisa dibilang mudah, karena memerlukan ketekunan dan kesabaran dalam berlatih setiap hari serta tidak boleh terlalu berambisi untuk segera bisa menguasainya.

Ragasukma tingkat rendah ini juga bisa digunakan untuk memulai penguasaan ragasukma tingkat tinggi. Namun biasanya orang yang telah menguasai jenis ragasukma tingkat rendah akan kesulitan untuk mencapai ragasukma tingkat tinggi karena terhalang oleh kemahiran yang telah mereka miliki, sehingga kebanyakan mereka macet di situ saja. Oleh karena itu ragasukma tingkat tinggi biasanya lebih mudah dikuasai oleh orang-orang yang berangkat dari kebodohan, yaitu orang yang belum pernah memiliki ilmu apapun. Orang bodoh seperti ini biasanya lebih mudah untuk mencapai kesempurnaan.

Namun bukan berarti orang yang telah menguasai ragasukma tingkat rendah tidak bisa menguasai ragasukma tingkat tinggi, bisa saja bro.., asal bisa bersabar dan tekun dalam berlatih. Dan yang lebih penting lagi jangan terlalu berambisi untuk segera bisa menguasainya, karena hal itu bisa menjadi rintangan dalam perjalanan spiritual kita nantinya.

Cara mempelajari ragasukma tingkat rendah ini tidak perlu kita bahas karena anda bisa mendapatkannya sendiri dengan cara menghubungi jasa pembelajaran ilmu gaib yang banyak terdapat di internet, dan mereka lebih tahu karena mereka memang pakarnya. Dan mayoritas mereka memang benar-benar bisa mengajarkan berbagai macam ilmu secara instan kepada anda.

Biasanya sang guru akan memberikan inventaris makhluk halus kepada anda melalui air minum berisi rajah gaib, kemudian makhluk halus tersebut akan menyatu dengan jiwa raga anda. Selanjutnya anda hanya melakukan ritual tertentu saja maka makhluk halus yang telah menyatu dengan jiwa raga anda tersebut akan membawa sukma anda pergi melayang-layang atau biasa disebut raga sukma.

Dan anda tidak perlu khawatir karena makhluk halus tersebut bertanggung jawab atas perintah sang guru, dan biasanya makhluk halus tersebut menjelma mirip dengan guru anda ketika bertemu di alam gaib sehingga anda akan mengira bahwa dia adalah guru anda.

Kedua, ragasukma tingkat tinggi
Ragasukma tingkat tinggi ini adalah proses melepas sukma keluar dari tubuh tanpa bantuan makhluk halus dan bertujuan untuk menemui kembaran diri, yaitu menemui sedulur papat limo pancer atau kakang kawah adi ari-ari. Target pertama adalah menemui kakang kawah yang berada di langit paling atas. Kakang kawah ini adalah yang paling sakti diantara saudara lainnya yang juga sakti semua. Ragasukma tingkat tinggi ini tidak bisa diperjual-belikan, melainkan harus anda pelajari sendiri secara alami.

Ragasukma tingkat tinggi ini tidak membutuhkan makhluk lain sama sekali, karena anda benar-benar berangkat ke alam roh sendirian dengan dipandu oleh guru sejati, yaitu kembaran diri anda sendiri yang akan membawa sukma anda. Jasad kita akan ditinggal sendirian di kamar, namun dijaga dengan rapat oleh adi ari-ari yang sakti mandraguna. Tidak akan ada satupun setan yang berani mengusiknya.

Dalam bahasa Jawa, kakang kawah ini disebut roh suci, dan raga halus kita (pancer) disebut sukma sejati. Jika kita telah berhasil menemui kakang kawah maka kita akan bisa menemui saudara yang lainnya, yaitu adi ari-ari yang berada di langit bawahnya.

Dalam wujud fisik, adi ari-ari adalah batur yang keluar setelah lahirnya si jabang bayi. Dan kakang kawah adalah air ketuban yang keluar duluan dan kemudian disusul oleh si jabang bayi. Mereka pasti akan keluar dalam waktu bersamaan ketika kita lahir, hanya saja urutannya berbeda.

Kakang kawah keluar duluan sehingga disebut kakak, kemudian disusul si jabang bayi yang disebut pancer dan terakhir keluar adalah adi ari-ari yang berperan sebagai adik. Mereka semuanya adalah makhluk hidup dan memiliki roh. Roh inilah yang sekarang kita cari. Mereka semuanya bersatu di dalam batin manusia, merekalah yang membawakan sifat dan perilaku kita dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu juga ada makhluk dari luar kita yang langsung menempel ke si jabang bayi saat sedang dilahirkan, mereka disebut kori. Tapi hal ini tidak perlu dibahas karena terlalu panjang. Menurut beberapa orang guru besar ilmu Jawa, makhluk gaib penunggu tubuh manusia jumlahnya ada dua belas. Jika kita bisa menyatukan mereka kesemuanya maka akan bisa memperoleh sabdo pandito ratu, yaitu segala ucapannya akan terkabul atas ijin yang maha kuasa yakni Tuhan Yang Maha Esa.

Semuanya itu akan bisa ditemui jika kita telah berhasil menemui kakang kawah di langit tertinggi, namun hal ini memerlukan proses dan memakan waktu yang tidak sebentar. Sekarang kita bahas cara bersemedi untuk menemui kakang kawah.

Cara bersemedi menemui kembaran diri

Catatan;

- Ini adalah ilmu jawa paling tua. Cara belajar ilmu ini tidak ada batas waktunya, artinya tidak bisa instant melainkan perlu waktu. Harus sering bersemedi. Ada yang berhasil dalam waktu setahun, ada yang 10 tahun, dan ada yang tidak bisa sama sekali sampai tua sekalipun,. Pokoknya harus sabar dan terus bersabar. Modal utamanya harus sabar. Jika anda ingin bisa dengan cara lebih cepat anda harus punya guru yang benar-benar ahli ilmu jawa sedulur papat limo panceryang bisa membuka tabir penutup anda.

Memang terkadang ada murid-murid tertentu yang sulit terbuka mata batinnya dan memerlukan bantuan guru. Tapi setelah dibuka penutup mata batinnya biasanya dalam hitungan bulan mereka bisa menerobos alam gaib paling atas. Kemudian untuk bahan latihan mereka sering menangkap makhluk halus gentayangan untuk dimasukkan keris kosong yang bisa dibeli di pasar-pasar. Karena biasanya bagi para pemula seperti ini belum bisa menutup mata batinnya sendiri, sehingga semua makhluk halus akan tampak selama tiga bulan pertama. Jadi apapun yang dilihat merekan ditangkap.

-Ini adalah cara menurut ajaran ilmu Jawa murni yang saya ketahui saja dari penjelasan beberapa paranormal asli Jawa serta para sesepuh jawa kuno, jadi jika anda menemukan adanya pertentangan dalam faham anda, sebaiknya ini jadikan sebagai bahan wacana saja atau sekedar tahu saja.

-Cara ini adalah saya ketahui dari mewancarai paranormal dari Banyuwangi (spiritualis alas Purwo), beberapa spiritualis ilmu Jawa di Surabaya, spiritualis Malang, spiritualis Tulungagung, spiritualis pantai selatan pulau Jawa, spiritualis dari Semarang - Jawa Tengah, Indramayu - Jawa Barat, dan masih banyak lagi spiritualis lain. Kesemuanya memiliki kesamaan, kecuali hanya sedikit perbedaan tentang bunyi mantra. Jadi mantra tidak perlu kita bahas, karena sebenarnya mantranya adalah bahasa hati kita.

-Saya sendiri tidak bisa dan tidak sakti bro.., namun hanya berbagi-bagi cerita saja sebagai bahan renungan bagi pembaca yang ingin sekedar mengetahui cara-cara belajar ilmu Jawa dari cerita paranormal yang pernah saya dengarkan, jadi jika anda adalah seorang pakar ilmu Jawa harap maklum jika ada kekeliruan dalam tulisan saya. Karena saya sendiri bukan paranormal, melainkan seorang blogger yang senang menulis hal-hal yang berbau mistis. Saya sebenarnya pingin juga bisa sih, tapi karena tidak punya cukup waktu, sibuk kerja melulu. Jadi setiap bersemedi pasti selalu tertidur, gkgkgk....

Cara bersemedi;

1. Mandi keramas dulu, kemudian tengah malam silakan bertapa dengan duduk bersila di dalam kamar yang agak gelap (lampunya matikan) dan menghadap ke arah timur.

2. Usahakan badan rileks dan jangan bergerak sedikitpun. Baca niat dalam hati sekali saja, yaitu ingin mengetahui jatidiri, SIAPA SEBENARNYA SAYA INI. Kemudian serahkan diri anda segalanya kepada yang maha kuasa (Allah SWT).

3. Pusatkan segenap rasa dan pikiran kedalam tengah-tengah hati (batin/kalbu). Baca dalam hati "La Illaha Ilalloh" secara terus menerus dengan merasakan aliran darah dan nafas, namun tetap fokuskan segalanya di dalam hati (batin/kalbu). Menurut para pakar ilmu jawa, batin letaknya ditengah-tengah jantung. Dalam bahasa torikot disebut titik kalbu, sedangkan dalam bahasa jawa disebut telenging ati. Maka dari itu arahkan segenap perhatian anda kepada detak jantung seraya membaca La illaha ilalloh.

4. Lakukan hal ini setiap tengah malam secara kontinyu (tanpa berhenti), namun anda jangan terlalu berambisi agar tidak terganggu oleh hawa nafsu ingin cepat bisa. Terkadang bisa memakan waktu bertahun-tahun.

Tanda-tanda;

* Hal ini tidak perlu dijelaskan secara rinci karena bisa menyebabkan anda tidak berhasil jika sudah tahu ceritanya duluan. Namun ada sedikit yang boleh diketahui. Pada intinya anda akan melepas sukma dan menembus alam gaib yang paling terakhir. Terkadang setiap orang berbeda-beda dalam proses perjalanan, namun akan berakhir ditempat yang sama.

- Proses yang paling umum adalah perjalanan spiritual yang dimulai dari bawah. Misalnya, anda akan melesat menembus sinar membelalakkan mata kemudian masuk ke alam jin dan terus melintasi segala macam alam makhluk halus serta alam rahasia lainnya dan jangan berhenti sampai hingga akhirnya mentok di alam yang paling terakhir. Ini biasanya dialami oleh orang yang awalnya pernah belajar ilmu gaib, misalnya ilmu terawangan. Hanya saja ilmu terawangan memiliki daya jelajah yang terbatas sesuai tingkatan ilmu yang diberikan oleh gurunya.

- Proses lain, perjalanan spiritual langsung dimulai dari atas. Misalnya, anda akan menembus kegelapan yang amat gelap dan pekat, kemudian "byar" terang, anda tiba-tiba berada ditempat yang terang benderang. Disitu tidak ada siapa-siapa kecuali hanya anda. Ini biasanya dialami oleh orang-orang yang tidak pernah punya ilmu apa-apa. Berangkat dari kebodohan. Orang seperti ini biasanya memiliki daya jelajah yang tidak terbatas.

- Ada juga yang tidak mengalami proses apa-apa sama sekali. Tapi setelah sering bersemedi ternyata tiba-tiba anda sering melihat adanya percikan sinar putih di sekitar mata yang terkadang disertai bau harum. Jika semedinya rutin, suatu saat percikan sinar putih itu akan menampakkan wujudnya. Ini biasanya dialami oleh orang-orang yang penakut namun batinnya jernih. Ini sering dialami oleh orang-orang yang rajin berdzikir dalam hati. Orang seperti ini biasanya mengalami hal-hal di bawah ini;

- Terkadang anda tiba-tiba bisa melihat makhluk gaib disekitar anda, terkadang mendengar suara tanpa rupa, terkadang mendengar suara anda sendiri, terkadang mimpi bertemu para nabi dan wali atau bahkan mendengar suara mereka, bahkan anda di ajak sholat bersama di suatu tempat. Jika anda beragama islam, mulailah memperbaiki sholat lima waktu anda sebaik mungkin. Jika tanda-tanda seperti ini terjadi pada anda maka anda harus hati-hati kalau bicara karena bisa menjadi kenyataan.

- jika sudah begini maka anda harus tetap rajin bersemedi (dalam islam disebut istighro') agar tanda-tanda ini tidak hilang lagi karena semakin lama semakin jelas tanda-tandanya. Namun pada akhirnya anda harus bisa melihat wajah anda sendiri.

Dalam ilmu kasepuhan maneges (ilmu jawa tua) dikatakan begini;

.  Orang yang bisa memasuki segala macam alam jin, itu masih belum bisa apa-apa.
.  Orang yang bisa melihat arwah-arwah orang mati, itu masih belum bisa apa-apa.
.  Orang yang bisa melihat wajahnya sendiri secara wujud, ini baru dikatakan bisa apa-apa.

Memang berat bro, saya sendiri juga belum bisa, jadi jangan banyak bertanya ya? daripada saya gak bisa menjawab, gkgkgk....

* Di langit terakhir tersebut anda akan hilang dan akan tampak siapakah diri anda sesungguhnya. Disitu anda akan menemukan kedamaian yang sesungguhnya. Kalau sudah mencapai tahap ini maka seseorang akan sadar bahwa sesungguhnya manusia sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa, kecuali semuanya hanya tunduk kepada Maha Kuasa.

Tahap selanjutnya;

Jika telah berhasil menemui guru sejati maka anda bisa menemui adi ari-ari yang berada di langit bawahnya. Adi ari-ari ini bertugas menjaga raga anda agar tidak dimasuki oleh makhluk lain ketika anda sedang pergi keluar dari tubuh. Mereka berempat menghadap ke arah anda dengan wajah menunduk. Tentang kesaktiannya anda tidak perlu khawatir karena tidak ada makhluk lain yang mampu menandingi kesaktian mereka. Dalam bahasa Jawa mereka juga disebut "malaikat papat", yaitu nini among kaki among yang bertugas momong si jabang bayi sejak lahir hingga akhir hayat.

Dalam kehidupan nyata, mereka akan menjaga keselamatan anda dari segala mara bahaya dan mereka juga tunduk kepada perintah anda jika anda pernah menemuinya secara wujud. Anda bisa berdialog dengan mereka sewaktu-waktu, baik berdialog dalam hati maupun berdialog dalam wujud nyata sehingga anda tidak akan bisa dibohongi atau dicelakai oleh orang lain.

Dalam bahasa Jawa tingkatan ini disebut "gawok" atau kenal, artinya anda telah benar-benar kenal dengan saudara sejati anda yang akan mengantarkan anda menghadap yang maha kuasa kelak. Ini berarti anda telah mengenal jati diri, siapa diri anda sesungguhnya. Dalam bahasa halus disebut "manunggal", artinya anda telah bersatu dengan sedulur papat limo pancer enem nyowo pitu sukmo. Anda telah mengenal jati diri secara utuh, ini disebut ilmu sejati, ingsun sejati,sejatining ingsun. Ilmu kesaktian apapun akan luntur di hadapan orang ini.

Orang yang telah mencapai tingkat ini akan merasa dekat dengan Tuhannya sehingga akan selalu rendah hati dan tidak sombong karena segalanya adalah milik Tuhan, termasuk jiwa raganya berada dalam kekuasaanNya.

Di kalangan masyarakat jawa kuno orang seperti ini dikatakan sekti tanpo kadigdayan pinter tanpo guru. Tidak memiliki ilmu kadigjayaan namun ucapannya mampu menundukkan halilintar. Pintar tanpa guru karena gurunya adalah batinnya sendiri. Inilah orang sakti yang sebenarnya, orang yang megenal jatidiri  sedulur papat limo pancer. Adoh tanpo wangenan cedak tanpo ginepokan.

Mereka berada di suatu tempat yang sangat jauh namun tidak dibatasi oleh sehelai benangpun dengan diri kita, dan mereka berada ditempat sangat dekat dengan diri kita namun tidak pernah bersenggolan.

Dampak dari ilmu ini;

* Orang yang mencapai tahap ini bisa berkeliling ke alam gaib sesukanya, bahkan banyak makhluk halus yang datang ingin mengabdi. Selain itu bisa memerintahkan ribuan makhluk halus untuk menjalankan tugas tertentu serta bisa mengambil sinar-sinar kekuatan alam atau makhluk halus sakti untuk diisikan kepada murid-muridnya.

Orang seperti ini bisa melihat sifat-sifat serta perilaku orang lain secara wujud. Misalnya, orang-orang yang baik akan tampak bersinar wajahnya dan orang-orang yang suka berbuat jahat akan tampak berwajah seperti binatang, seperti anjing, tikus, kera, dan sebagainya.

* Bahkan bisa menangkap petir yang menyambar, seperti dalam cerita sejarah Ki Ageng Selo (murid Sunan Kalijogo) yang pernah menangkap petir yang berani menyambar dirinya dan akhirnya sang halilintar tunduk tidak bisa berkutik. Dan banyak lagi wali lainnya yang menguasai ilmu kejawen.

* Dikisahkan, Bung Karno bisa menjelma menjadi 25 orang ketika terjadi insiden penembakan atas dirinya dalam peristiwa Cikini tahun 1965. Dimanakah Bung Karno yang asli? Selain itu Bung Karno juga bisa menguasai semua bahasa yang ada di muka bumi tanpa belajar. Dimana kaki berpijak Bung Karno bisa menguasai bahasa daerah itu. Dengan siapa Bung Karno berhadapan maka Bung karno bisa menguasai bahasa orang itu. Menurut kalangan paranormal Jawa, Bung Karno menguasai ilmu sejati, yaitu pengenalan jatidiri dengan menemui sedulur papat limo pancer.

* Semakin tinggi ilmu seseorang maka akan semakin besar godaannya, terutama adalah godaan dari lawan jenis. Sepertinya semua wanita selalu menurut saja kepada perintah anda dan anda juga sangat mudah tertarik dengan wanita.

Ini adalah godaan yang paling berat dan tidak bisa dibantah oleh siapapun. Godaan yang tidak bisa dihindari, kecuali hanya bisa dihindari dengan cara meningkatkan ibadah melalui agama, yaitu menjalankan perintah serta menjauhi larangan Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT.

KECEPATAN MANUSIA DAN JIN
Lagi-lagi ini menurut para pakar ilmu kejawen, karena saya sendiri hanyalah reporter, ckckck...

* Makhluk halus (jin dkk) bisa melesat secepat kilat. Misalnya, kita saat ini sedang memikirkan kota Malang, maka pikiran kita saat ini berada di kota Malang. Seperti itulah kecepatan jin. Namun kecepatan mereka masih kalah dengan kecepatan manusia. Manusia bisa melesat secepat kilat ke langit tertinggi dan melihat jin dibawahnya, namun jin tidak bisa melihat manusia yang sedang menonton mereka.

* Manusia adalah keturunan nabi, sedangkan jin adalah komo wurung (makhluk belum jadi), artinya belum sempurna seperti manusia. Beberapa pakar ilmu kejawen mengatakan wujud manusia seperti percikan sinar putih yang melesat melebihi kecepatan kilat dan tidak bisa dikejar oleh makhluk halus bangsa jin, kecuali oleh sesama manusia.

* Manusia juga bisa menjadi jin atau gondoruwo dsb. Misalnya manusia yang melakukan perjanjian dengan setan semasa hidupnya (pesugihan dkk), sehingga setelah mati akan dijemput oleh setan dan diajak pulang ke alam setan sehingga menjadi budak di sana. Oleh karena itu agama melarang manusia melakukan hal-hal yang menyimpang dari ajaran agama agar bisa pulang ke tempat yang semestinya jika telah meninggal dunia kelak.

* Ada beberapa spiritualis jawa yang pernah kesulitan amat sangat dalam hal ekonomi atau tekena musibah keluarga, dan pokoknya yang parah-parah, biasanya mereka akan menemui guru sejati secara wujud. Guru sejati bertapa di hati nurani manusia (telenging ati).

Dalam kehidupan sehari-hari mungkin anda pernah merasakan kehendak hati nurani yang pertama (bahasa jawa "krentek"), biasanya kita sedikit tersentak. Kehendak hati yang pertama itulah guru sejati kita, ikutilah perintahnya. Jika dia bersuara, maka suaranya akan persis seperti suara anda.

Sedangkan kehendak hati yang kedua dan seterusnya sudah tidak bisa dipercaya karena telah tercampur pikiran kita.

* Kembaran diri palsu. Terkadang ada makhluk halus mengaku-ngaku sebagai saudara sejati kita dengan menjelma sebagai diri kita. Jika anda melihat makhluk yang mengaku sebagai diri kita, maka pukullah dia. Namun sebelum anda pukul dia akan kabur lebih cepat. Tapi jika anda mengakuinya sebagai saudara, maka dia akan masuk ke tubuh anda dan memberikan hawa nafsu negatif.

Akan tetapi sepandai-pandainya jin menjelma tidak bisa menyamai persis dengan diri anda dan pasti ada cacatnya, bahkan tidak ada kemiripan sama sekali dengan anda. Selain itu dia tidak akan berani terlalu dekat dengan anda jika anda tidak mengakuinya.

Tapi jika anda melihat saudara sejati anda yang asli lalu anda pukul, maka anda akan kesakitan sendiri karena dia adalah diri anda sendiri. Anda akan benjol sendiri. Oleh karena itu mukulnya pelan-pelan saja agar benjolnya sedikit saja.

* Dalam kehidupan sehari-hari saudara sejati kita adalah berupa hawa nafsu kita ini. Manusia tidak bisa hidup tanpa hawa nafsu. Jadi hawa nafsu kita ini adalah sedulur papat limo pancer. Mereka memiliki wujud persis seperti raga kita ini. Kita tidak bisa mengalahkan mereka jika tidak bisa menemuinya secara wujud. Mereka akan kalah jika berhadapan langsung dengan kita secara wujud.

Tapi jika kita tidak bisa menemuinya secara wujud, kita bisa mengalahkannya dengan puasa. Mereka takluk oleh puasa. Jika ada cewek cantik jangan dilihat terus, jika ingin makan enak jangan dituruti, jika ingin berbuat maksiat jangan dituruti, dan sebagainya. Maka lama-lama hawa nafsu kita akan menemui kita secara wujud dan bertanya "mengapa engkau menghukumku?". Ini adalah tingkatan tertinggi yang hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan nafsu keduniawian, misalnya para wali atau orang-orang biasa yang setingkat wali.

* Jaman sekarang apa ada orang yang punya ilmu ini? Banyak. Hanya saja kita tidak tahu orangnya. Bahkan banyak pakar ilmu terawangan tingkat tinggi tidak bisa melihat kewalian orang-orang seperti ini. Para pemilik ilmu sejati biasanya terlihat kosong jika diterawang. Namun jika dipukul dengan aji kesaktian, ilmu apapun akan luntur dan bahkan ilmunya si pemukul akan hilang. Yang bisa melihat hanyalah sesama wali atau sesama pemilik ilmu sejati.

PERINGATAN PENTING;

Ilmu Jawa juga dipelajari oleh para wali, termasuk beberapa tokoh walisanga. Namun jika anda ingin mempelajari ilmu apapun di dunia ini, terutama ilmu Jawa tingkat tinggi yang mengarah ke tauhid-an atau menyingkap jatidiri, anda harus meningkatkan ketaatan ibadah anda terhadap Tuhan yang Maha Esa agar anda tidak terjerumus ke jurang kesesatan dan kesyirikan.

Oleh karena itu sebaiknya perdalam dulu ilmu agama dengan sebaik mungkin sebelum anda ingin belajar ilmu tambahan lainnya. Karena ilmu agama adalah ilmu yang akan menyelamatkan diri kita dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat kelak. Subhanallah.

Sumber :
.http://malangnews.blogspot.com/2012/06/cara-bersemadi-untuk-menemui-kembaran.html#.UvY9ttx_urw


Yang Diposkan oleh : 
Diposkan oleh @Warkop Aremania on 13.6.12