Minggu, 31 Agustus 2014

Olah Kebatinan

 Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa


            Bangsa Indonesia kaya akan warisan budaya. Secara garis besar, warisan budaya tersebut dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan, yaitu warisan budaya material dan non material. Termasuk dalam warisan budaya material adalah peninggalan sejarah dan purbakala seperti candi, makam, mesjid dan lain-lain. Sedangkan warisan budaya non material meliputi warisan yang berupa nilai, ide dan gagasan. Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa termasuk dalam warisan budaya non material ini.

            Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah warisan kekayaan rohaniah yang bukan agama yang dalam kenyataannya merupakan bagian dari kebudayaan bangsa yang hidup dan dihayati serta dilaksanakan oleh sebagian rakyat Indonesia sebagai budaya spiritual. Warisan tersebut berupa ajaran kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang beraneka ragam. Apabila ajaran yang beraneka ragam itu kita cermati di dalamnya kita antara lain dapat melihat konsepsi tentang Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan, alam, pengamalan, kepercayaan dalam kehidupan sehari-hari dan juga metode pendekatan diri kepada Tuhan. Metode pendekatan diri kepada Tuhan ini sering pula diistilahkan dengan penghayatan kepada Tuhan Yang Maha Esa, semedi, sujud, manembah, manekung dan lain-lain.

          Intensitas pendekatan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa ini sangat bergantung pada masing-masing orang. Intensitas tersebut ditentukan oleh tekad atau niat seseorang, disamping pemahaman seseorang terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Pendekatan diri kepada Tuhan ini dibarengi dengan laku berupa tapa brata atau tarak brata yang intinya meningkatkan pengendalian diri terhadap nafsu-nafsu yang ada pada diri manusia agar dapat berada lebih dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa. Intensitas pendekatan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa akan memberikan pengalaman berke-Tuhanan yang berbeda-beda untuk masing-masing orang. Orang yang mendekatkan diri kepada Tuhan dengan sangat intensif, akan kemungkinan memperoleh wangsit. Tetapi sekali lagi, kemungkinan tersebut hanya akan terjadi apabila Tuhan Yang Maha Esa mengizinkannya.

            Wangsit dalam kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa merupakan kata kunci. Berdasarkan wangsit yang diterima oleh seseorang dari Tuhan Yang Maha Esa itulah suatu organisasi penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa tumbuh dan berkembang. Wangsit sering pula diistilahkan dengan ilham, petunjuk, sabda, tuntunan atau dhawuh (perintah) juga wisik (bisikan) gaib dari Tuhan Yang Maha Esa.

            Wangsit diterima saat seseorang sedang melaksanakan sujud menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tidak sembarang orang dapat menerima wangsit. Hanya mereka yang terpilih yang mampu menerimanya. Orang terpilih tersebut umumnya adalah orang yang tekun mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dan tekun mencari hakikat dari hidup dan kehidupan manusia di dunia ini. Orang tersebut juga tekun menjalankan apa yang diistilahkan dengan laku, yaitu menjalankan berbagai bentuk puasa seperti tidak makan dan minum untuk jangka waktu tertentu, mutih (hanya makan nasi putih), ngrowot (tidak makan nasi putih), pati geni, ngebleng, nglawar dan lain-lain.

          Wujud wangsit yang sering dijumpai dalam organisasi penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, umumnya berupa suara gaib atau suara batin dan dapat pula berupa perlambang atau gegambaran bisa juga sanepan ( kiasan) yang hanya dapat didengar atau dilihat oleh seseorang yang benar-benar bersih dan suci hatinya. Wangsit tidak hanya diterima sekali dalam satu saat, artinya hanya sekali seseorang menerima satu wangsit setelah itu tidak menerimanya lagi. Wangsit umumnya diterima secara berkesinambungan dan dalam jangka waktu yang relatif panjang, bahkan dapat berlangsung puluhan tahun. Yang pasti tidak seorang pun dapat memastikan kapan wangsit tersebut akan diterima dan apa isinya. Adanya diyakini adalah atas karsa dan kuasa Tuhan Yang Maha Kuasa. Tetapi semua itu berdasarkan tingkatannya tidak menutup kemungkinan bahwa orang yang sudah berada di tingkatan tinggi akan kembali ke tingkatan dasar bahkan nol apabila melanggar paugeran ( batasan )  Dan wewaler ( peraturan ) yang telah ada, paugeran Dan wewaler tersebut bisa dari wangsit yang telah diterima bisa juga dari organisasi penghayat itu sendiri.

            Dan kebanyakan wangsit yang telah diterima akan disampaikan Dan ditanyakan kepada gurunya mengenai kebenaran wangsit tersebut  apakah wangsit itu benar dari dalam batin ataukah hanya nafsu, alam pikiran saja, mengapa ditanyakan kepada guru? Itu karena guru yang telah membimbing Dan menuntun kita bahkan lebih tau, mengerti, lebih tua ilmunya Dan tentunya lebih  bepengalaman daripada kita, sehingga guru lebih mengetahui kemampuan, sekaligus kapasitas muridnya. Dalam hal ini adalah guru spiritual yang telah mengajarkan ilmu tersebut.

            Sesuai dengan padanan penyebutannya wangsit berisikan ilham, pertunjuk, sabda tuntunan, dhawuh (perintah) atau wisik (bisikan) gaib ke arah perilaku berbudi luhur. Artinya apabila seseorang mencerna menghayati dan kemudian mengamalkan wangsit tersebut, dia akan dapat mencapai keluhuran budi yang akan mampu membawanya ke arah pencapaian ketenteraman hidup lahir dan batin. Wangsit itu ditularkan oleh penerimanya kepada orang lain. Dengan semakin bertambahnya mereka yang berminat untuk mencerna, menghayati dan mengamalkan apa yang terkandung dalam wangsit tersebut demi ketenteraman hidup lahir dan batin, maka terbentuklah kemudian suatu organisasi penghayat kepercayaan. Wangsit kemudian menjadi pokok-pokok ajaran organisasi penghayat kepercayaan. Penerima wangsit selanjutnya disebut sebagai sesepuh dari organisasi itu.

            Pada intinya semua hal diatas semuanya tergantung pada kapasitas atau wadah pada masing-masing individu jika memang wadah tidak mampu memuat ilmu yang banyak percumah, mengapa ? itu karena ilmu yang diterima besarnya juga sebesar wadah tersebut. Ibarat gelas berkapasitas 500 ml kita umpamakan sebagai wadahnya yang terdapat pada masing-masing individu, Dan air galon kapasitas 19 liter diumpamakan sebagai ilmunya, meskipun ilmu tersebut dituang ke dalam wadah yang hanya berkapasitas kecil tentu saja yang dapat tertampung akan mengikuti wadanya, maka dari itu jangan kita terlalu terobsesi belajar ilmu wingit ( sakral ) karena tidak sedikit orang yang belajar ilmu wingit ini  banyak yang berujung ke gangguan kejiwaan ( gila ).

            Dalam suatu organisasi penghayat semua itu bersumber dari serat “ Wirid Hidayat Jati” Dan setahu saya serat tersebut hanya terdapat di perpustakaan ISI Surakarta Dan tertulis dalam aksara jawa, kalau mungkin ada buku yang dijual di toko-toko buku berjudulkan wirid hidayat jadi itupun hanya penjabarannya saja Dan dikembangkan sendiri oleh penulis, penulis hanya mengambil 1 atau 2 paragraf saja lalu dikembangkan sendiri. Itu menurut saya.

            Melihat jauh kebelakang penghayat kepada Tuhan Yang Maha Esa, saya menyebutnya dengan nama kejawen ini sudah ada di tanah jawa ribuan tahun lamanya bahkan sebelum agama hindhu, budha, islam masuk ke tanah jawa kesimpulannya nenek moyang, leluhur kita sudah tau Dan menemukan cara untuk menyembah Dan mendekatkan diri kepada yang Maha Kuasa. Dan pernakah kalian berpikir Darimanakah asal-usul orang jawa ???

            Jadi yang masih umur-umur jagung pengetahuanya ilmunya masih cetek jangan langsung memvonis kalau kejawen itu syirik ataupun musyrik deh :D hehehe…

            Suatu  organisasi itu akan tetap selalu ada Dan berkembang apabila dalam suatu organisasi itu terdapat pinisepuh ataupun anggota Dan murid yang mumpuni dalam artian yang sakti Dan bisa membuat orang tertarik sehingga orang-orang ketika tertarik akan ilmu tersebut pastinya akan ikut bergabung untuk mempelajari ilmu Dan masuk dalam organisasi, Dan tentunya orang-orang yang mumpuni tersebut pada zaman modern seperti sekarang sudah sangat sulit ditemukan mungkin bisa 1 : 1000. Maka dari itu sudah tinggal sedikit organisasi yang bisa kita temui Dan tidak sedikit pula organisasi yang telah bubar dan tidak ada penerusnya kembali ( cures ).

            Dan perlu diingat organisasi penghayat kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa ini bukanlah aliran sesat ataupun aliran hitam.

            Dan susahnya yang namanya organisasi tidak akan lepas dari masalah Dan perpecahan apalagi organisasi yang seperti ini, disini apabila dalam suatu organisasi sudah berjalan Dan gawatnya ketika timbul pinisepuh-pinisepuh yang mumpuni Dan merasa dirinya yang paling benar Dan yang sakti dalam  organisasi tersebut tentu saja hal itu bisa memecah belah atau membuat berantakan organisasi kenapa???, ambil saja contoh ada satu atau dua pinisepuh atau anggota yang ingin menempuh jalan yang mereka yakini Dan dirasa dia benar menurut wangsit yang dia terima, Dan tentu saja hal ini akan mengubah pola pikir orang tersebut terlebih jika mempengaruhi anggota-anggota yang lainnya, disinilah susahnya untuk mempersatukan presepsi-presepsi yang berdeda. Apalagi jika organisasi itu merupakan suatu warisan dalam artian sudah ditinggal ( meninggal dunia ) oleh pendiri organisasi tentunya akan sulit mengedalikan para anggota-anggotanya.


            Pada hakekatnya kita tidak usah merasa bahwa diri kitalah yang paling benar, kebenaran itu bermacam-macam, ada yang benar menurut kita, benar menurut guru, benar menurut orang lain, Dan benar menurut Tuhan Yang Maha Esa, tapi siapa yang tau kalau sesuatu hal tersebut benar menurut Tuhan Yang Maha Esa ???

            Demikianlah sekilas uraian dari saya selaku penulis tunggal tentang makna kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Uraian ini baru merupakan upaya untuk memahami pengertian pokok ajaran organisasi penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Tentunya masih sangat diperlukan upaya-upaya pengupasan lain untuk lebih memperjelas pengertian tersebut karena hal-hal yang demikian ini pada dasarnya bersifat gaib dan tidak bisa diilmiahkan. Sekian...

...Rahayu...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar