KERIS
DAPUR UMYANG
Menurut Panembahan
Hadiwidjaja Sang Maharsitama, pakar perkerisan dari karaton Surakarta , Istilah
keris berasal dari bahasa Sangsekerta atau Sanskrit yaitu kris yang berarti
menghunus. Sedangkan menurut etimologi jawa, Keris berasal dari dua kata yaitu
Sinengker yang memiliki arti rahasia atau disembunyikan dan kata Aris yang
berarti bijaksana,hati-hati. Dengan demikian Kata Keris mengandung maksud agar
manusia yang memiliki atau memegang keris mempunyai sikap yang rendah hati,
tidak suka menonjolkan diri, tidak sombong, yang dikiaskan dengan bahasa
sinengker dan juga mempunyai sikap yang bijaksana, hati-hati, tidak sembrono
atau grusa-grusu.
Keris
juga mempunyai nama lain, seperti dhuwung dari dua kata udhu dan kuwung. Udhu
berarti sumbangan atau kontribusi, sedang kuwung berarti kehormatan atau
kewibawaan. Dari istilah ini diharapkan keris memberikan kontribusi
meningkatkan derajat, wibawa dan kehormatan bagi pemiliknya.
Selain
dhuwung, ada lagi nama lain dari keris yaitu curiga. Kata Curiga berasal dari
dua kata yaitu Curi dan Raga, dimana curi berarti tajam dan raga berarti fisik
atau benda. Dengan demikian keris memiliki arti benda tajam atau senjata
tajam, yang diartikan agar si pemilik keris itu mendapatkan pikiran tajam,
cerdas atau premana. Ada juga nama lian dari keris yaitu kadga yang artinya
senjata tajam juga. Ada yang menyebutkan siyunge Bathara Kala (taring Batara
Kala). Disebut demikian karena menurut mitos, keris pada awalnya
diciptakan dari siyung atau gigi taringnya Bathara(dewa) Kala, yaitu dewa
raksasa pemakan manusia (kala artinya waktu, bisa diartikan dengan takdir).
Keris
juga termasuk ke dalam kelompok tosan aji,yaitu kelompok senjata besi atau
logam (tosan) yang aji (berharga). Berharga disini karena keris bukan senjata
tajam biasa melainkan senjata yang dihormati, diagungkan, yang tidak boleh
sembarangan digunakan
Beberapa Literatur mengatakan bahwa Umyang adalah
nama seorang Empu yang hidup di jaman Pajang. Dan karena itu, sebenarnya nama
Umyang bukanlah nama dapur keris. Namun meski demikian, masyarakat per-keris-an
di Jawa Tengah dan Jawa Timur kerap kali atau bisa dibilang familiar dengan
yang disebut sebagai keris dapur umyang. Cirinya adalah terdapat
ukiran atau relief sepasang manusia (kadang disebut puthut atau badjang)
di sebelah kanan dan kiri dapurnya (gandhik atau kadang di bagianwadidang).
Sepasang manusia tersebut saling membelakangi – dengan posisi tangan menyembah
atau menengadah. Ciri tambahan lain (tidak selalu ada) adalah terdapat tulisan
huruf jawa, relief beringin, payung, dan padi kapas di bilahnya.Istilah
yang baku untuk keris umyang ini sebenarnya adalah Keris Dapur Puthut
(kembar). Jadi bisa dibilang bahwa keris umyang adalah istilah
pasar bagi keris dapur Puthut (Kembar).
Apakah Empu Ompyang selalu (atau yang) membuat keris dapur
Puthut Kembar ? Tidak bisa dipastikan demikian. Hanya saja dalam literatur-literatur
disebutkan bahwa Empu Ompyang adalah seorang seorang empu yang senior, sangat
mumpuni dan master piece dalam membabar pusaka. Sangat diragukan jika Beliau
membuat keris pasaran sebagaimana Keris Dapur Umyang yang beredar di masyarakat.
Masih dalam kaitannya dengan Empu Omyang, dahulu sampai
pertengahan abad ke-20, banyak pemilik keris umyang yang mengasapinya dengan
asap kemenyan setiap malam Rabu Pon, yang dianggap sebagai hari
wafatnya Empu Umyang. Pengasapan kemenyan itu dimaksudkan agar tuah keris
itu terpelihara. Namun sedikit demi sedikit kebiasaan itu mulai ditinggalkan
orang, hingga abad ke-21 amat jarang orang melakukan ritual semacam itu.
Ada pula yang mengatakan bahwa nama
sebutan Umyang adalah sebutan bagi sepasang puthut/badjang dan
“kegunaan” keris tersebut. Jenis keris umyang ada beragam. Ada Umyang
Jimbe, Umyang Tagih, Umyang Beras, Umyang Panimbal, Umyang Tombak dan
lain sebagainya. Melihat penamaan keris ini, bisa langsung ditebak bahwa tujuan
utama sang pembuat dan pemilik keris ini berintensi mendapatkan bantuan
atau pertolongan dari piandel tersebut. Umyang Jimbe dipercaya bisa
membantu melancarkan usaha dan menghalau rintangan, Umyang Panimbal dipercaya
bisa mendatangkan / memanggil rejeki, Umyang Tagih membantu pemiliknya
menagihkan utang-utang orang lain kepadanya, bahkan Umyang Beras diyakini bisa
membuat beras yang ada di tempat beras tidak akan habis. Wallahualam.
Kembali ke masalah nama – dinamakan umyang karena kedua puthut ini yang “ngumyang” (umek, sibuk, berusaha keras sambil ngomel dan berceloteh). Kata Umyang sendiri, menurut arti lain bahasa jawa adalah seseorang yang "ngumyang" atau menggigau..tidak sadar. Jadi sepasang manusia pada dapur umyang tersebut dianggap sebagai “prewangan” yang membantu pemilik pusaka tersebut melancarkan maksud-tujuannya. Rasanya logika penamaan ini cukup masuk akal.
Kembali ke masalah nama – dinamakan umyang karena kedua puthut ini yang “ngumyang” (umek, sibuk, berusaha keras sambil ngomel dan berceloteh). Kata Umyang sendiri, menurut arti lain bahasa jawa adalah seseorang yang "ngumyang" atau menggigau..tidak sadar. Jadi sepasang manusia pada dapur umyang tersebut dianggap sebagai “prewangan” yang membantu pemilik pusaka tersebut melancarkan maksud-tujuannya. Rasanya logika penamaan ini cukup masuk akal.
Karena sifat dapur keris Puthut Kembar sebagaimana terurai di atas, maka sangat kuat bahwa dikalangan pecinta keris, dapur umyang lebih dimaknai sebagai benda isoteris klenik yang kental dengan dunia perdukunan. Penggemarnya pun juga kebanyakan dari kalangan pengusaha atau pedagang. Padahal bila dicermati lebih dalam, kita bisa menggali banyak nilai filosofis keris dapur puthut kembar ini – dibandingkan sekedar berharap rejeki dari benda mati.
Mari kita coba melihat nilai-nilai tersebut karena keris sebagai hasil karya seni juga merupakan sebentuk bahasa – alat komunikasi. Bahasa adalah sarana yang membawa banyak muatan, baik muatan komunikasi, karakteristik penutur/pembuat, sampai relasi nilai yang paling substansial. Bahasa adalah sebuah simbol. Sebagai sebuah bahasa, bentuk dan gambar berbicara menunjuk tentang lambang/simbolisasi sesuatu yang mempunyai kandungan makna melampaui dirinya sendiri.
Dalam kaitannya dengan dunia pe-keris-an juga sama halnya.
Keris kerap dikatakan juga sebagai alat penanda jaman / sengkalan suatu
masa atau kejadian tertentu. Misal, Keris dengan kinatah Gajah Singo pada gonjo
yang melambangkan sengkalan tahun 1558, pertanda berhasilnya pasukan Sultan
Agung menumpas pemberontakan pragola di Pati, dan beberapa contoh keris
lainnya. Dan sesungguhnya lebih dari itu, keris juga bisa mempunyai
maksud pralambang atau simbolisasi. Dan ini bisa sangat jamak kita
temui dalam hampir pada semua keris, termasuk pada keris dapur Puthut Kembar ini.
Puthut, dalam istilah Jawa bermakna Murid atau Santri atau Cantrik, seseorang yang berguru atau belajar ilmu (apa saja) pada seorang guru/resi/pandita dsb. Putut adalah seorang pendeta atau petapa muda (Frater?). Bentuk puthut ini konon berasal dari legenda tentang cantrik yang diminta menjaga sebuah pusaka oleh sang guru. Ia diminta untuk menjaga (berjaga), sambil terus berdoa dan memohon pertolongan serta kekuatan dari Yang Maha Kuasa.
Ada murid laki-laki ada perempuan, keduanya juga melambangkan
keseimbangan dan juga perpaduan, bahwa apa yang ada di bumi ini selalu
berpasang-pasangan. Ada laki-laki dan perempuan, ada siang dan malam, ada gelap
dan terang, ada hitam dan putih, ada sedih dan gembira, ada yin dan yang. Pada
keris dapur puthut, ini bisa kita amati bahwa bentuk wajah Puthut
seolah-olah berupa orang laki-laki di bagian depan (gandik) dan
perempuan di bagian belakang (wadidang). Dan keduanya tampak menggenakan
gelungan ikat kepala.Posisi duduk bersimpuh (bertapa) : menengadahkan tangan
seperti posisi berdoa. Sebagai murid, untuk mencapai suatu ilmu, harus
menjalaninya dengan proses tirakat, semedi untuk mencapai keheningan,
kebersihan batin, tawakal dan berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa . Jika
jiwa kita bersih, maka kita akan dengan mudah menyerap ilmu yang kita pelajari.
Sebagai murid, atau orang yang sedang belajar harus bisa menjauhkan diri dari
sifat sombong, congkak atau sifat merasa tahu (rumongso biso/sok tahu)
Harusnya "biso rumongso". Perlu membuka
wawasan, mawas diri, rendah hati, sederhana, andhap ashor dan bersedia belajar
dari orang lain. Itulah laku yang harus dijalankan oleh murid / santri /
cantrik di jaman dulu, kemarin, sekarang serta jaman-jaman seterusnya. Itulah
pakem seorang murid.
Dengan mendalami arti relief sepasang manusia pada dapur
keris tersebut maka kita akan bisa membedakan arti relief puthut dengan
relief umyang. Dengan memahami dan menghayati arti yang berbeda maka kita
akan mempunyaienergi yang berbeda pula. Jika kita condong memahami
keris tersebut sebagai“bocah ngumyang” yang lebih ke urusan rejeki
atau penagihan maka energi kita juga akan lebih kemrungsung akan harta benda.
Jika kita melihat sepasang bocah sebagai puthut yang nyantri / murid – maka
kita akan lebih bersikap andhap asor dan mendudukkan diri sebagai murid di
hadapan Yang Maha Kuasa, sesama dan lingkungan jagat yang amat luas ini.
Posisi sikap keduanya sama yaitu sama-sama tangan menengadah ke
atas (atau menyembah). Keduanya sama-sama memohon ke TUHAN YME. Hanya tujuannya
yang berbeda karena“spiritualitas” yang berbeda. Yang satu memohon
pemahaman hidup (sejatining urip) – yang lain memohon jaminan kekayaan harta/materi.
VARIASI
BENTUK KERIS DAPUR PUTHUT
Selain bentuk umumnya keris dapur umyang atau puthut kembar
sebagaimana di atas, di kalangan per-keris-an dijumpai pula beberapa versi
lainnya. Ada yang dalam bentuk Bethok ber-relief Umyang (Bethok buda sebagai
ciri dari jaman abad 5), ada yang cuma satu puthut-nya, ada variasi lainnya
yaitu satu sisi puthut / badjang/ umyang dan sisi lainnya macan, umyang-naga (ada
yang menyebut naga pandhita) dsb. (lihat gambar koleksi)
MITOS
(SISI ISOTERI) SEPUTAR KERIS DAPUR UMYANG
"Setahu sy tdp 9 jenis Umyang dg khasiyat
berbeda. Sedang sy incar, bbrp umyang di jogya, malang dan lampung. Yg di
bantul milik pak jankung Umyang beras( selalu terbukti dapat memenuhkan gelas
berisi bbrp butir beras menjadi penuh dlm kurang dr 5 menit), di sorowajan
jogja ktk sy datangi ke rumah pemilik, malah umyangnya berbahan batu mengandung
logam mirip bethok buda(amat tua, sptnya dr jaman buda sebelum abad 4), umyang
jk beraksara mk termasuk masih muda, paling tua dr jaman majapahit dg besi
hitam kelengan spt milik pak MH di poto.
Di sleman umyang tumbak milik pak nyot super
langka. Dr jaman kerajaan Kediri (Daha), makannya darah manusia, jk ditaruh 1
gelas penuh darah malamnya, mk paginya akan susut inggal 1/4 kadang 1/2 gelas,
khodam 2 raja bajang dr jenis berwarna kuning keemasan. Bentuknya mirip arca
Gupolo tp cebol.
Di Tempel Sleman, umyang milik rekan sepuh sy di sana jk digores silang (X) ke sebidang tanah, mk si pemilik tanah akan segera minta dibeli tanahnya oleh si penggores.
Di bogor milik sepuh asal jatim, umyang dipake menagih hutang, dg menyuruh khodamnya mengganggu si penghutang, misal ktk tidur ranjangnya diangkat ingga terbalik, diteror, dsb hingga dai membayar hutangnya(Umyang Tagih)
Umyang sy bentuk(nya) mirip umyang pak MH yg wana hitam tanpa aksara dr jaman singosari besi warna abu2 khodam 1 bajang jenis warna hitam yg ganas, sy kembalikan ke pemilik semula.
Di Purworejo Umyang jk ditarik dr warangka mk sontak listrik rumah padam, kejadian 2x ditarik 2 kali padam, js Umyang sekaligus Sumpet(Singkir) geni.
Di malang umyang didapat dr benteng pendem cilacap ukuran besar seperti pedang, di mulut pututnya tdp emas dan matanya tdp batu mirah, di lampung ktk sy telpon pemiliknya sering bingung dengar suara tangisan bayi di malam hari, semntara jk sawah mrk panen, mk hasilnya melebihi ukuran normal. Misal 1 hektar sawah umpama panen 4 ton mk doi timbang hasilnya 10-12 ton.
Sdg mencari channel ke seorang pedagang khusus Umyang yg mencari umyang hati, jk ditusukkan ke hati ayam, mk dlm 1-3 menit hati akan kering, bahkan pecah-rekah. Doi berani bayar mahal utk itu.
Sekedar sharing info. Konon khabarnya, keris omyang jimbe perawatannya cukup sulit. Artinya, tidak setiap orang kuat memangku derajat atau sawab yang terkandung pada pusaka ini. Seperti merawat seorang bayi, siapa saja yang memiliki pusaka jenis ini harus telaten, sabar dan tak mudah emosi. Selain itu, tak boleh terlambat barang sehari dalam memberi srono/syarat/saji, jika tak menginginkan yoni pusaka ini marah, dan kemudian menghantam pemiliknya. Sehingga keris ini tidak cocok dirawat oleh orang yang berwatak berangasan, kasar, suka menang sendiri, dan tidak peka terhadap perasaan orang lain.
Keris Omyang Jimbe tergolong
sulit. Sebab pusaka yang satu ini tidak suka dicampur dgn pusaka jenis apapun.
Dia lebih senang ditempatkan pada tempat yang sepi, bersih, rapi, dan jauh dari
keramaian. Jika dipaksa untuk campur, bukan tidak mungkin pusaka yang selalu
basah akibat tuanya besi baja itu akan marah.
Lebih mengerikan, jika pusaka ini
murka, maka yang diserang adalah pemiliknya sendiri. Jika marah, pemiliknya
akan selalu dihantui dengan mimpi buruk, misal mimpi kecelakaan, dikejar
binatang buas. Yang terparah, pemilik akan mengalami stress.
Khasiat Keris Omyang Jimbe : bisa
buat menunjang mencari nafkah asal si pemilik nayuh dulu. Khasiat lain : dapat
dipakai untuk menagih utang. Jika si penghutang ngotot tidak mau bayar, dia
bisa gila dan baru sembuh jika hutangnya terlunasi…."
Keris
Omyang Jimbe adalah pusaka mistik yang di dalamnya terdapat khodam dari
golongan omyang jimbe. Khodam dari golongan omyang jimbe adalah khodam yang
memiliki kelebihan untuk memudahkan mendapatkan kekayaan, menarik simpati orang
sehingga dagangan menjadi laris, mempengaruhi hati lawan negosiasiasi. Sehingga
keputusannya cenderung lebih menguntungkan Anda. Melunakkan hati rekan bisnis
dan digunakan juga sebagai sarana memantapkan kharisma dan kewibawaan sehingga
tidaklah mengherankan manakala banyak para pejabat, tokoh politik, dan
orang-orang besar menyimpan keris omyang jimbe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar