Minggu, 26 Juni 2016

Keris Omyang Jimbe

KERIS DAPUR UMYANG

Menurut Panembahan Hadiwidjaja Sang Maharsitama, pakar perkerisan dari karaton Surakarta , Istilah keris berasal dari bahasa Sangsekerta atau Sanskrit yaitu kris yang berarti menghunus. Sedangkan menurut etimologi jawa, Keris berasal dari dua kata yaitu Sinengker yang memiliki arti rahasia atau disembunyikan dan kata Aris yang berarti bijaksana,hati-hati. Dengan demikian Kata Keris mengandung maksud agar manusia yang memiliki atau memegang keris mempunyai sikap yang rendah hati, tidak suka menonjolkan diri, tidak sombong, yang dikiaskan dengan bahasa sinengker dan juga mempunyai sikap yang bijaksana, hati-hati, tidak sembrono atau grusa-grusu.
Keris juga mempunyai nama lain, seperti dhuwung dari dua kata udhu dan kuwung. Udhu berarti sumbangan atau kontribusi, sedang kuwung berarti kehormatan atau kewibawaan. Dari istilah ini diharapkan keris memberikan kontribusi meningkatkan derajat, wibawa dan kehormatan bagi pemiliknya.
Selain dhuwung, ada lagi nama lain dari keris yaitu curiga. Kata Curiga berasal dari dua kata yaitu Curi dan Raga, dimana curi berarti tajam dan raga berarti fisik atau benda.  Dengan demikian keris memiliki arti benda tajam atau senjata tajam, yang diartikan agar si pemilik keris itu mendapatkan pikiran tajam, cerdas atau premana. Ada juga nama lian dari keris yaitu kadga yang artinya senjata tajam juga. Ada yang menyebutkan siyunge Bathara Kala (taring Batara Kala).  Disebut demikian karena menurut mitos, keris pada awalnya diciptakan dari siyung atau gigi taringnya Bathara(dewa) Kala, yaitu dewa raksasa pemakan manusia (kala artinya waktu, bisa diartikan dengan takdir).
Keris juga termasuk ke dalam kelompok tosan aji,yaitu kelompok senjata besi atau logam (tosan) yang aji (berharga). Berharga disini karena keris bukan senjata tajam biasa melainkan senjata yang dihormati, diagungkan, yang tidak boleh sembarangan digunakan
Beberapa Literatur mengatakan bahwa Umyang adalah nama seorang Empu yang hidup di jaman Pajang. Dan karena itu, sebenarnya nama Umyang bukanlah nama dapur keris. Namun meski demikian, masyarakat per-keris-an di Jawa Tengah dan Jawa Timur kerap kali atau bisa dibilang familiar dengan yang disebut sebagai keris dapur umyang. Cirinya adalah terdapat ukiran atau relief sepasang manusia (kadang disebut puthut atau badjang) di sebelah kanan dan kiri dapurnya (gandhik atau kadang di bagianwadidang). Sepasang manusia tersebut saling membelakangi – dengan posisi tangan menyembah atau menengadah. Ciri tambahan lain (tidak selalu ada) adalah terdapat tulisan huruf jawa, relief beringin, payung, dan padi kapas di bilahnya.Istilah yang baku untuk keris umyang ini sebenarnya adalah Keris Dapur Puthut (kembar). Jadi bisa dibilang bahwa keris umyang adalah istilah pasar bagi keris dapur Puthut (Kembar).
Apakah Empu Ompyang selalu (atau yang) membuat keris dapur Puthut Kembar ? Tidak bisa dipastikan demikian. Hanya saja dalam literatur-literatur disebutkan bahwa Empu Ompyang adalah seorang seorang empu yang senior, sangat mumpuni dan master piece dalam membabar pusaka. Sangat diragukan jika Beliau membuat keris pasaran sebagaimana Keris Dapur Umyang yang beredar di masyarakat.
Masih dalam kaitannya dengan Empu Omyang, dahulu sampai pertengahan abad ke-20, banyak pemilik keris umyang yang mengasapinya dengan asap kemenyan setiap malam Rabu Pon, yang dianggap sebagai hari wafatnya Empu Umyang. Pengasapan kemenyan itu dimaksudkan agar tuah keris itu terpelihara. Namun sedikit demi sedikit kebiasaan itu mulai ditinggalkan orang, hingga abad ke-21 amat jarang orang melakukan ritual semacam itu.
            Ada pula yang mengatakan bahwa nama sebutan Umyang adalah sebutan bagi sepasang puthut/badjang dan “kegunaan” keris tersebut. Jenis keris umyang ada beragam. Ada Umyang Jimbe, Umyang Tagih, Umyang Beras, Umyang Panimbal, Umyang Tombak dan lain sebagainya. Melihat penamaan keris ini, bisa langsung ditebak bahwa tujuan utama sang pembuat dan pemilik keris ini berintensi mendapatkan bantuan atau pertolongan dari piandel tersebut. Umyang Jimbe dipercaya bisa membantu melancarkan usaha dan menghalau rintangan, Umyang Panimbal dipercaya bisa mendatangkan / memanggil rejeki, Umyang Tagih membantu pemiliknya menagihkan utang-utang orang lain kepadanya, bahkan Umyang Beras diyakini bisa membuat beras yang ada di tempat beras tidak akan habis. Wallahualam.
            Kembali ke masalah nama – dinamakan umyang karena kedua puthut ini yang “ngumyang” (umek, sibuk, berusaha keras sambil ngomel dan berceloteh). Kata Umyang sendiri, menurut arti lain bahasa jawa adalah seseorang yang "ngumyang" atau menggigau..tidak sadar. Jadi sepasang manusia pada dapur umyang tersebut dianggap sebagai “prewangan” yang membantu pemilik pusaka tersebut melancarkan maksud-tujuannya. Rasanya logika penamaan ini cukup masuk akal.

Karena sifat dapur keris Puthut Kembar sebagaimana terurai di atas, maka sangat kuat bahwa dikalangan pecinta keris, dapur umyang lebih dimaknai sebagai benda isoteris klenik yang kental dengan dunia perdukunan. Penggemarnya pun juga kebanyakan dari kalangan pengusaha atau pedagang. Padahal bila dicermati lebih dalam, kita bisa menggali banyak nilai filosofis keris dapur puthut kembar ini – dibandingkan sekedar berharap rejeki dari benda mati.
          Mari kita coba melihat nilai-nilai tersebut karena keris sebagai hasil karya seni juga merupakan sebentuk bahasa – alat komunikasi. Bahasa adalah sarana yang membawa banyak muatan, baik muatan komunikasi, karakteristik penutur/pembuat, sampai relasi nilai yang paling substansial. Bahasa adalah sebuah simbol. Sebagai sebuah bahasa, bentuk dan gambar berbicara menunjuk tentang lambang/simbolisasi sesuatu yang mempunyai kandungan makna melampaui dirinya sendiri.
Dalam kaitannya dengan dunia pe-keris-an juga sama halnya. Keris kerap dikatakan juga sebagai alat penanda jaman / sengkalan suatu masa atau kejadian tertentu. Misal, Keris dengan kinatah Gajah Singo pada gonjo yang melambangkan sengkalan tahun 1558, pertanda berhasilnya pasukan Sultan Agung menumpas pemberontakan pragola di Pati, dan beberapa contoh keris lainnya. Dan sesungguhnya lebih dari itu, keris juga bisa mempunyai maksud pralambang atau simbolisasi. Dan ini bisa sangat jamak kita temui dalam hampir pada semua keris, termasuk pada keris dapur Puthut Kembar ini.

Puthut, dalam istilah Jawa bermakna Murid atau Santri atau Cantrik, seseorang yang berguru atau belajar ilmu (apa saja) pada seorang guru/resi/pandita dsb. Putut adalah seorang pendeta atau petapa muda (Frater?). Bentuk puthut ini konon berasal dari legenda tentang cantrik yang diminta menjaga sebuah pusaka oleh sang guru. Ia diminta untuk menjaga (berjaga), sambil terus berdoa dan memohon pertolongan serta kekuatan dari Yang Maha Kuasa.
Ada murid laki-laki ada perempuan, keduanya juga melambangkan keseimbangan dan juga perpaduan, bahwa apa yang ada di bumi ini selalu berpasang-pasangan. Ada laki-laki dan perempuan, ada siang dan malam, ada gelap dan terang, ada hitam dan putih, ada sedih dan gembira, ada yin dan yang. Pada keris dapur puthut, ini bisa kita amati bahwa bentuk wajah Puthut seolah-olah berupa orang laki-laki di bagian depan (gandik) dan perempuan di bagian belakang (wadidang). Dan keduanya tampak menggenakan gelungan ikat kepala.Posisi duduk bersimpuh (bertapa) : menengadahkan tangan seperti posisi berdoa. Sebagai murid, untuk mencapai suatu ilmu, harus menjalaninya dengan proses tirakat, semedi untuk mencapai keheningan, kebersihan batin, tawakal dan berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa . Jika jiwa kita bersih, maka kita akan dengan mudah menyerap ilmu yang kita pelajari. Sebagai murid, atau orang yang sedang belajar harus bisa menjauhkan diri dari sifat sombong, congkak atau sifat merasa tahu (rumongso biso/sok tahu) Harusnya "biso rumongso". Perlu membuka wawasan, mawas diri, rendah hati, sederhana, andhap ashor dan bersedia belajar dari orang lain. Itulah laku yang harus dijalankan oleh murid / santri / cantrik di jaman dulu, kemarin, sekarang serta jaman-jaman seterusnya. Itulah pakem seorang murid.
Dengan mendalami arti relief sepasang manusia pada dapur keris tersebut maka kita akan bisa membedakan arti relief puthut dengan relief umyang. Dengan memahami dan menghayati arti yang berbeda maka kita akan mempunyaienergi yang berbeda pula. Jika kita condong memahami keris tersebut sebagai“bocah ngumyang” yang lebih ke urusan rejeki atau penagihan maka energi kita juga akan lebih kemrungsung akan harta benda. Jika kita melihat sepasang bocah sebagai puthut yang nyantri / murid – maka kita akan lebih bersikap andhap asor dan mendudukkan diri sebagai murid di hadapan Yang Maha Kuasa, sesama dan lingkungan jagat yang amat luas ini.
Posisi sikap keduanya sama yaitu sama-sama tangan menengadah ke atas (atau menyembah). Keduanya sama-sama memohon ke TUHAN YME. Hanya tujuannya yang berbeda karena“spiritualitas” yang berbeda. Yang satu memohon pemahaman hidup (sejatining urip) – yang lain memohon jaminan kekayaan harta/materi.

VARIASI BENTUK KERIS DAPUR PUTHUT
Selain bentuk umumnya keris dapur umyang atau puthut kembar sebagaimana di atas, di kalangan per-keris-an dijumpai pula beberapa versi lainnya. Ada yang dalam bentuk Bethok ber-relief Umyang (Bethok buda sebagai ciri dari jaman abad 5), ada yang cuma satu puthut-nya, ada variasi lainnya yaitu satu sisi puthut / badjang/ umyang dan sisi lainnya macan, umyang-naga (ada yang menyebut naga pandhita) dsb. (lihat gambar koleksi)

MITOS (SISI ISOTERI) SEPUTAR KERIS DAPUR UMYANG
"Setahu sy tdp 9 jenis Umyang dg khasiyat berbeda. Sedang sy incar, bbrp umyang di jogya, malang dan lampung. Yg di bantul milik pak jankung Umyang beras( selalu terbukti dapat memenuhkan gelas berisi bbrp butir beras menjadi penuh dlm kurang dr 5 menit), di sorowajan jogja ktk sy datangi ke rumah pemilik, malah umyangnya berbahan batu mengandung logam mirip bethok buda(amat tua, sptnya dr jaman buda sebelum abad 4), umyang jk beraksara mk termasuk masih muda, paling tua dr jaman majapahit dg besi hitam kelengan spt milik pak MH di poto.
Di sleman umyang tumbak milik pak nyot super langka. Dr jaman kerajaan Kediri (Daha), makannya darah manusia, jk ditaruh 1 gelas penuh darah malamnya, mk paginya akan susut inggal 1/4 kadang 1/2 gelas, khodam 2 raja bajang dr jenis berwarna kuning keemasan. Bentuknya mirip arca Gupolo tp cebol.

Di Tempel Sleman, umyang milik rekan sepuh sy di sana jk digores silang (X) ke sebidang tanah, mk si pemilik tanah akan segera minta dibeli tanahnya oleh si penggores.

Di bogor milik sepuh asal jatim, umyang dipake menagih hutang, dg menyuruh khodamnya mengganggu si penghutang, misal ktk tidur ranjangnya diangkat ingga terbalik, diteror, dsb hingga dai membayar hutangnya(Umyang Tagih)

Umyang sy bentuk(nya) mirip umyang pak MH yg wana hitam tanpa aksara dr jaman singosari besi warna abu2 khodam 1 bajang jenis warna hitam yg ganas, sy kembalikan ke pemilik semula.

Di Purworejo Umyang jk ditarik dr warangka mk sontak listrik rumah padam, kejadian 2x ditarik 2 kali padam, js Umyang sekaligus Sumpet(Singkir) geni.
Di malang umyang didapat dr benteng pendem cilacap ukuran besar seperti pedang, di mulut pututnya tdp emas dan matanya tdp batu mirah, di lampung ktk sy telpon pemiliknya sering bingung dengar suara tangisan bayi di malam hari, semntara jk sawah mrk panen, mk hasilnya melebihi ukuran normal. Misal 1 hektar sawah umpama panen 4 ton mk doi timbang hasilnya 10-12 ton.

Sdg mencari channel ke seorang pedagang khusus Umyang yg mencari umyang hati, jk ditusukkan ke hati ayam, mk dlm 1-3 menit hati akan kering, bahkan pecah-rekah. Doi berani bayar mahal utk itu.

           Sekedar sharing info. Konon khabarnya, keris omyang jimbe perawatannya cukup sulit. Artinya, tidak setiap orang kuat memangku derajat atau sawab yang terkandung pada pusaka ini. Seperti merawat seorang bayi, siapa saja yang memiliki pusaka jenis ini harus telaten, sabar dan tak mudah emosi. Selain itu, tak boleh terlambat barang sehari dalam memberi srono/syarat/saji, jika tak menginginkan yoni pusaka ini marah, dan kemudian menghantam pemiliknya. Sehingga keris ini tidak cocok dirawat oleh orang yang berwatak berangasan, kasar, suka menang sendiri, dan tidak peka terhadap perasaan orang lain.
Keris Omyang Jimbe tergolong sulit. Sebab pusaka yang satu ini tidak suka dicampur dgn pusaka jenis apapun. Dia lebih senang ditempatkan pada tempat yang sepi, bersih, rapi, dan jauh dari keramaian. Jika dipaksa untuk campur, bukan tidak mungkin pusaka yang selalu basah akibat tuanya besi baja itu akan marah.
Lebih mengerikan, jika pusaka ini murka, maka yang diserang adalah pemiliknya sendiri. Jika marah, pemiliknya akan selalu dihantui dengan mimpi buruk, misal mimpi kecelakaan, dikejar binatang buas. Yang terparah, pemilik akan mengalami stress.
Khasiat Keris Omyang Jimbe : bisa buat menunjang mencari nafkah asal si pemilik nayuh dulu. Khasiat lain : dapat dipakai untuk menagih utang. Jika si penghutang ngotot tidak mau bayar, dia bisa gila dan baru sembuh jika hutangnya terlunasi…."
Keris Omyang Jimbe adalah pusaka mistik  yang di dalamnya terdapat khodam dari golongan omyang jimbe. Khodam dari golongan omyang jimbe adalah khodam yang memiliki kelebihan untuk memudahkan mendapatkan kekayaan, menarik simpati orang sehingga dagangan menjadi laris, mempengaruhi hati lawan negosiasiasi. Sehingga keputusannya cenderung lebih menguntungkan Anda. Melunakkan hati rekan bisnis dan digunakan juga sebagai sarana memantapkan kharisma dan kewibawaan sehingga tidaklah mengherankan manakala banyak para pejabat, tokoh politik, dan orang-orang besar menyimpan keris omyang jimbe.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar