Sabtu, 14 November 2015

Dhandhanggula

Dhandhanggula


Semut ireng anak-anak sapi
Kebo bongkang nyabrang kali bengawan
Keong kondhang jarak sungute
Timun wuku ron wolu
Surabaya geger kepati
Gegering wong nguyak macan
Cinandak wadahi bumbung
Alun-alun Kartasura
Gajah meta cinancang wit sidoguri
Matine cineker ayam
‪#‎RN‬.Ronggowarsito

Filosofi :
Semut ireng anak-anak sapi
Maknanya adalah semut hitam, kaum mayoritas namun berukuran kecil, sebagai rakyat jelata yang dari mereka akan terlahir sapi, sebagai sosok kaum kelas tinggi, elit dan bangsawan. Semut ireng anak-anak sapi , hal ini tidak mungkin terjadi sebesar-besarnya semut hitam tidak mungkin anaknya sebesar sapi , ini hanya kiasan yang dimaksud semut ireng adalah orang biasa yang punya anak jadi penjabat /pengusaha sukses, contoh ekstremnya Bung Karno putra seorang mantri guru menjadi Presiden , demikian pula Pak Harto putra seorang mantri pengairan menjadi Presiden ( Tunggak jarak mrajak, tunggak jati mati)
Surabaya geger kepati
Ini mengisahkan perihal kondisi sebuah kota yang berada dalam keributan dan kekisruhan peristiwa 10 November 1945 di Surabaya. Bahkan, dikarenakan keributan tersebut banyak nyawa yang melayang.
Cinandak wadahi bumbung
Bumbung terbuat dari bambu (Bambu Runcing untuk perang)
Gajah meta cinancang wit sidoguri
Ada yang menggunakan kalimat “Gajah meto cinancang ing tembe buri”. maknanya, ada sosok pendobrak dan pembaharu, yakni gajah, yang tidak bisa berkutik di pemerintahan, bahkan terkekang di posisi yang tidak seharusnya, alias pemerintah tidak menangkap potensinya.
Mati cineker ayam
Gajah adalah hewan yang besar bisa diibaratkan sebagai tunggangan raja dalam perang, akan tetapi gajah tersebut mati diceker ayam. Hal ini mengisyaratkan bahwa orang besar pemimpin seperti presiden akan kalah dengan rakyat kecil (peristiwa lengsernya pak soeharto)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar